Gabungan Pecinta Batu Alam (GAPBA) Aceh meminta semua pihak untuk segera mencarikan solusi terkait ditemukannya batu giok seberat 20 Ton di kabupaten Nagan Raya beberapa hari lalu.
Pasalnya penemuan batu mulia di desa Pante Ara Kecamatan Beutong Ateuh kabupaten Nagan Raya itu nyaris memicu bentrok sesama warga yang saling memperebutkan keberadaan batu tersebut.
Hal demikian disampaikan Ketua GAPBA Nasrul Sufi pada pertemuan dengan DPR Aceh membahas isu terkait penambangan batu giok disejumlah kabupaten/kota di Aceh, Selasa (17/02).
Nasrul Sufi mengatakan saat ini lokasi penemuan batu tersebut sudah diamankan pihak kepolisian, namun demikian Nasrul berharap agar segera dicarikan solusi terhadap batu yang ia taksir bernilai hingga Rp. 30 milyar lebih. Menurutnya jika benar 60 persen saja dari batu itu merupakan giok super maka harganya bisa mencapai Rp. 30 milyar. Ia berharap agar penemuan batu tersebut dibagi rata antara masyarakat, penemu dan pemerintah setempat.
“Jadi jangan ribut-ribut, itu pemberian Allah yang harus disyukuri, dibagi saja sama rata. Karena kalau itu 60 persen saja bagus maka itu harganya tidak kurang 30 milyar, tapi kalau itu idocrase super,” ujarnya.
Pada kesempatan itu Nasrul juga berharap kepada pemerintah kabupaten Nagan Raya agar segera mencabut pelarangan terhadap penambangan giok oleh warga setempat. Menurutnya larangan pemerintah kabupaten Nagan Raya telah merugikan rakyat banyak.
Menurut Nasrul kemunculan berbagai jenis batu di Aceh akhir-akhir ini setidaknya telah mampu mengurai angka pengangguran, karena banyak diantara masyarakat yang sebelumnya menganggur kini menjadi pengasah batu, pencari batu bahkan penjual batu.
Selain itu ia juga berharap agar batu dari Aceh tetap diizinkan keluar Aceh, karena terkenalnya batu Aceh justru dikarenakan semakin banyaknya permintaan dari luar Aceh bahkan luar negeri, akan tetapi ia mendukung agar pemerintah mengatur kadar atau jumlah batu yang boleh dikeluarkan, baik dalam bentuk bongkahan maupun barang jadi.
