Penyergapan yang dilakukan aparat TNI terhadap kelompok bersenjata Din Minimi di Gampong Geunie, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh, menyisakan sejumlah barang milik para pelaku yang tertinggal. Selain tiga senjata api, granat, dan amunisi, Kartu Tanda Penduduk atas nama Nurdin Ismail alias Din Minimi turut diamankan TNI.
Komandan Korem 011/Lilawangsa Kolonel Inf Achmad Daniel Chardin memastikan KTP tersebut milik Din Minimi. “Itu KTP asli, fotonya juga masih jelas, tapi sudah patah mungkin saat dikantongi Din Minimi. KTP-nya kita amankan di markas Kodim,” ujar Daniel kepada CNN Indonesia, Selasa (26/5).
Daniel, yang siang ini berada di lokasi penyergapan di kawasan perkebunan penduduk mengatakan aparat masih terus melakukan pengejaran. “Di lokasi ini memang ditemukan bercak-bercak darah setelah kontak senjata tadi,” tuturnya.
Daniel menyebutkan kelompok Din Minimi yang inti ada tujuh orang. Selebihnya, menurut Daniel, simpatisan Din Minimi jumlahnya diperkirakan jumlahnya ada puluhan. “Sebagian besar anak muda usia sekitar 20 tahun. Hanya beberapa yang usia 30 atau lebih,” kata Daniel.
Menurut Daniel, Din Minimi selama ini mencari simpati warga yang merasa kesulitan hidup di bawah pemerintahan Aceh, khususnya pada masa kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh sekarang ini. “Anak-anak muda usia 20-an tahun yang belum mengerti perjanjian Helsinki 10 tahun lalu yang kini mereka hidupnya susah banyak yang simpati ke Din Minimi,” ujar Daniel.
Din Minimi, lanjut Daniel, kerap menyuarakan ketidakadilan terhadap pemerintah Aceh dan bekas para anggota Gerakan Aceh Merdeka yang kini duduk di pemerintahan. Kesulitan mencari pekerjaan dan ketidaklayakan hidup menjadi hal penting yang harus diperhatikan. “Ada persoalan dalam reintegrasi damai Aceh,” kata dia.
Daniel menambahkan, aparat TNI di lapangan berada di posisi yang agak sulit karena harus berhadapan dengan warga sipil bersenjata yang merasa diperlakukan tidak adil. “Kami seperti berada di tengah-tengah,” ucap Daniel. (cnn)
