Peran Pemerintah dalam Memutus Rantai Penyebaran Covid-19

Sudah lebih dari 4 bulan wabah covid-19 melanda beberapa negara di dunia. Dimulai dari wuhan dan sekarang sudah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Kasus pasien positif corona virus pertama kaali terkonfirmasi di wuhan pada akhir Desember 2019.

Penyebaranya sangat cepat hingga melumpuhkan ekonomi berbagai negara. Corona virus atau yang disebut covid-19 tidak pandang bulu menyerang negara yg ada dibelahan dunia. Baik negara maju maupun berkembang telah di guncang oleh virus ini. Persebaran covid sangat signifikan peningkatannya di beberapa negara maju, seperti Inggris, Amerika, Spanyol dan Italia. Media telah memberitakan betapa mengerikannya wabah tersebut menghantam ketahanan imun manusia. Indonesia tentu saja tidak luput dari penyerangan virus ini, data terbaru menunjukan konfirmasi kasus corona virus di Indonesia telah mencapai 11.192 kasus yang dikutip dari kompas.com pada tanggal 3 mei 2019.

Tentu saja ibukota Jakarta menjadi pusat pandemik ditunjukan dengan jumlah kasus tertinggi masih dipegang daerah tersebut. Jika Italia telah mencapai puncak wabah maka Indonesia baru saja memulai puncaknya. Data jumlah pasien virus corona di dunia setidaknya sudah 3.303.096 kasus positif covid-19 dengan jumlah kematian 233.777 dan pasien sembuh sebesar 1.038.424. Sementara itu, Amerika Serikat dan Italia memimpin dengan jumlah kasus kematian yang tinggi.

Menurut wordometers, Amerika Serikat masih berada di puncak dengan 1.129.059 kasus positif dan 65.711 kasus kematian. Italia sendiri menurut data terbaru menunjukan tingkat kematian yang mencapai 27.967 kasus, oleh sebab itu pemerintah Italia melakukan lockdown untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Di Spanyol, jumlah kasus virus corona yang terkonfirmasi sebanyak 242.988 kasus, dari jumlah tersebut tercatat 24.824 orang meninggal dunia dan 142.250 dinyatakan sembuh. Opsi lockdown telah dilakukan oleh negara – negara tersebut, karena sejatinya untuk memutus rantai penyeberan harus dilakukan dengan memutus akses dan menghentikan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di suatu tempat.

Pemerintah Indonesia sendiri memilih untuk melakukan social distancing guna memutus rantai penyebaran virus corona. Alih – alih melakukan lockdown pemerintah memiliki pertimbangan tersendiri dalam upaya pencegahan penyebaran virus corona. Terbaru pemerintah menghimbau bagi warga negara Indonesia untuk tidak melakukan mudik, guna mencegah rantai penyebaran di daerah. Keputusan pemerintah pusat menjadi ujung tombak memutus rantai penyebaran covid-19 di Indonesia. Namun keputusan ini tetap saja harus di kritisi apakah masi perlu opsi lockdown dilakukan ataukah tidak.

Pembatasan social atau social distancing dinilai cocok untuk diterapkan di Indonesia, mengingat warga Indonesia sering sekali berkumpul. Tentu saja hal ini berat dilakukan mengingat kultur dan budaya masyarakat setempat masi erat kaitannya dengan kegiatan berkumpul seperti gotong royong, pengajian, resepsi pernikahan dan lain – lain. Dengan adanya opsi pembatasan social ini diharapkan masyarakat patuh atas himbauan yang dilakukan pemerintah pusat. Namun realitanya masih banyak masyarakat yang melanggar himbauan tersebut dengan pulang ke kampung halaman diam- diam dan mengadakan perkumpulan secara diam- diam pula. Tentunya pemerintah pusat tidak sendiri membuat keputusan, ada pemerintah daerah yang menerapkan aturan tersendiri bagi daerahnya.

Pemerintah daerah DKI Jakarta yang dipimpin oleh Anis Baswedan memilih untuk melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) guna mencegah penularan covid-19 mengingat Jakarta merupakan pusat pandemic corona. PSBB dilakukan karena opsi social distancing hanya akan berhasil jika tiap individu mematuhinya, namun ada saja yang tidak patuh maka dari itu perlu dilakukan secara besar besaran.

Langkah PSBB ini juga membatasi akses kendaraan yang masuk dan keluar melalui Jakarta dan sekitarnya, hanya kendaraan tertentu yang bisa lewat yaitu yang membawa logistic dan bahan pangan serta kendaraan aparat yang bertugas. Dibalik diberlakukannya PSBB masih ada warga yang nekat untuk berjualan walau dibubarkan oleh Satpol PP. Jika Jakarta sudah duluan melakukan PSBB, daerah Jawa Barat tetangganya baru memulai. Pemerintah provinsi Jawa Barat yang di pimpin oleh Ridwan Kamil juga telah melakukan PSBB di wilayah Bandung Raya yang dimulai sejak 22 April 2020. Dengan adanya aturan dari masing masing pemerintah daerah ini diharapkan bisa memutus rantai penyebaran covid di daerah kecil. Mengingat fasilitas kesehatan di daerah Kabupaten masih kurang. Perbedaan langkah penanganan dari Pemeritah Pusat dan Pemprov sendiri dapat dimaklumi mengingat setiap pemerintah daerah memiliki caranya sendiri dalam menghadapai hantaman virus.

Jika sudah ada respond an kesiapsigaan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah di provinsi masing masing, maka kapankah rantai persebaran covid-19 terhenti dan kapan pandemic ini bisa berakhir?. Dikutip dari Kompas.com, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan penyebaran virus corona di prediksi berakhir pada Juni 2020. Hal tersebut sudah sesuai dengan perhitungan pakar. Namun, ia juga mengatakan hal itu sekaligus menjadi tantangan bagi seluruh masyarakat Indonesia dan pemerintah untuk mewujudkannya.

“Ini statement yang mengacu kepada perhitungan para pakar. Ini sesuatu yang bagus karena ini tantangan menurut saya. Ini bukan sebuah janji tapi ini tantangan bersama untuk masyarakat,” kata Yuri dalam diskusi yang digelar Medcom.id, Minggu (3/5/2020).

Dari perkataan juru bicara pemerintah untuk covid-19 dapat disimpulkan bahwa pandemic bisa berakhir jika masyarakat patuh, yang menjadi pertanyaan selanjutnya bisakah masyarakat patuh untuk melindungi dirinya dan keluarganya dari rantai penyebaran ini. Disisi lain masalah juga datang dari ketidak siapan pemerintah melalui dinas kesehatan yang bertanggung jawab atas ketersedian APD (Alat Pelindung Diri) bagi para dokter dan perawat yang terjun langsung menjadi garda terdepan penanganan covid-19. Banyak berita dimana rumah sakit rujukan kekurangan APD dan peralatan medis lainnya seperti masker, alcohol swab, handsanitizer dan lain lain.

Masalah baru datang ketika ada sebagian atau sekelompok orang yang menimbun masker untuk dijual kembali dengan harga yang lebih mahal. Lalu siapa yang patut disalahkan atas ketimpangan social ini? Masyarakat miskin masih tidak mematuhi pembatasan sosal dan tetap harus berjualan demi memenuhi isi perut sementara yang kaya masih dengan kemapamanannya menimbun masker dan handsanitizer. Sementara itu masalah lain terjadi karena tidak semua warga bisa melakukan rapid test untuk menguji ada tidaknya virus bersarang di tubuh mereka. Selama wabah ini berlangsung yang bisa dilakukan adalah denngan diam dirumah saja. Bersyukur masih banyak ternyata masyarakat yang patuh dan membantu pemerintah untuk sama sama melawan covid-19.

Beberapa influencer juga telah menggalang donasi hingga milyaran rupiah untuk bersama sama tolong menolong orang yang terkena dampak covid-19. Tentunya dibalik semua fenomena ini ada pelajaran yang bisa dipetik yaitu kesabaran dan betapa berartinya kesehatan.. Tentunya wabah ini akan berdampak pada keekonomian, harga minyak dunia turun drastis hingga minus disusul dengan harga saham di bursa efek yang juga menurun. Sekali lagi pemerintah diuji tidak hanya dari seektor kesehatan namun juga di sektor perekonomian.semoga setelah wabah ini selesai ekonomi bisa pulih kembali dan rakyat bisa hidup tentram aman tanpa takut keluar rumah.

(Penulis : Fidiah Amnitami, Mahasiswi Psikologi UIN Ar-Raniry)

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads