Aceh Punya Potensi Besar Menjadi Destinasi Utama Wisata Syariah di Indonesia

Provinsi Aceh diharapkan terus meningkatkan industri pariwisata dengan memanfaatkan segala potensi yang ada termasuk potensi wisata syariah. Aceh yang telah menerapkan syariat Islam dapat memperkuat posisinya sebagai destinasi utama wisata syariah di Indonesia.

Demikian yang mengemuka dalam diskusi pariwisata bertajuk keberhasilan pariwisata Aceh menjadi tanggung jawab bersama yang berlangsung di grand Aceh hotel Senin (19/05)

Diskusi pariwisata Aceh diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang diikuti oleh dinas terkait seperti disperindag, dinas pekerjaan umum, dinas tenaga kerja, dinas perhubungan, para pengusaha industri pariwisata, pengusaha restaurant, travel agent, pihak perbankan, kalangan ulama, dari unsur pesantren dan pihak kepolisian

Kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi mengatakan banyak isu seputar pariwisata Aceh yang masih terus dikembangkan diantaranya adalah kebijakan mengenai destinasi wisata syariah, karena Aceh punya potensi sangat besar.

Lebih lanjut Reza fahlevi mengemukakan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah wisatawan domestik yang datang ke Aceh mencapai 1,2 juta orang dan wisatawan mancanegara mencapai 45 ribu orang, dengan lama waktu tinggal rata-rata 3 hari.

“Aceh kini memiliki sekitar 808 objet wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan dengan target dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, Seperti turis dari malaysia pertahun yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1,8 juta orang namun yang melancong ke Aceh hanya 11 sampai 12 ribu orang setiap tahunnya”lanjut Mantan Kepala Dinas Pariwisata Banda Aceh ini.

Sementara itu kepala bidang kepala bidang pengembangan usaha pariwisata Disbudpar Aceh, Amiruddin mengatakan banyak wisatawan dan pelaku pariwisata Aceh mengeluhkan kondisi pariwisata Aceh diantaranya soal keamanan dan kenyamanan turis selama di Aceh, hotel denga okupansi rendah, travel agent yang kurang mendapatkan tamu,  banyak restauran yang sepi, penyelenggaraan event yang belum terarah, banyak pengrajin souvenir yang rendah order dan pembelian serta transportasi yang dapat melayani kunujungan wistwan di Aceh, dan beberapa aspek lain yang dirasa perlu untuk dituntaskan.

Dalam diskusi tersebut juga mengemuka peran masinng-masing instansi yang diharapakan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap dunia pariwiasata di Aceh. Bagaimana peran ulama dalam mendatangkan wisatawan ke Aceh, peran pihak kepolisian dalam pengamanan objek-objek wisata dan wisatawan sendiri.

Sementara itu keterlibatan dinas-dinas terkait juga sangat diharapkan dalam pengembangan pariwisata Aceh seperti dinas pekerjaan umum yang dapat menuntaskan perbaikan atau pembuatan jalan baru yang menuju objek-objek wisata, dinas perhubungan memberikan akses transpotasi baik udara, darat dan laut serta menyediakan transportasi-transportasi yang baik untuk para wisatawan.

Tidak ketinggalan disperindag juga berperan dalam membantu operator-operator pariwisata seperti pengrajin dan penyedia souvenir meningkatkan kualitas produk sehingga layak untuk ditawarkan kepada bagi setiap turis yang datang ke Aceh.

Lebih jauh dalam diskusi yang dipimpin langgsung oleh kepala bidang pengmbangan usaha pariwisata Disbudpar Aceh, Amiruddin, itu menginginkan penyelesaian bidang infrastruktur pariwisata Sabang yang masih belum bisa menyediakan hotel atau tempat  yang mampu menampung peserta dengan event-event besar, apalagi Oktober mendatang akan ada penerbangan lagsung dari Medan –Sabang.

“Belum lagi objek wisata lain yang ditawarkan oleh pulo Aceh malah sekali belum ada penginapan dan  home stay yang bisa ditawarkan oleh penduduk setempat, Kondisi yang sama juga dirasakan oleh Singkil yang menawarkan panorama  alamnya kepada pelancong juga belum maksimal dikerjakan”pungkas Amiruddin.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads