Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) kembali melanjutkan komitmennya untuk melestarikan lingkungan melalui program “Digitalisasi Konservasi Mangrove”.
Menggandeng Global System for Mobile Communication Association (GSMA) dan Universitas Syiah Kuala (USK) di Aceh, program ini merupakan salah satu wujud dukungan terhadap konservasi mangrove di wilayah pesisir untuk mengantisipasi dampak abrasi berdasarkan pengalaman bencana tsunami yang pernah melanda Aceh pada tahun 2004 lalu.
Muhammad Buldansyah, Director and Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison mengatakan, “Isu perubahan iklim menjadi perhatian global karena dampaknya yang signifikan di seluruh dunia.
Program Digitalisasi Konservasi Mangrove menjadi wujud tanggung jawab sosial Indosat di bawah pilar lingkungan melalui edukasi tentang pentingnya keberadaan mangrove dalam keberlanjutan ekosistem lingkungan. Program ini yang berkolaborasi dengan civitas akademika dari Universitas Syiah Kuala Aceh ini mendorong program penelitian dengan tujuan memperkuat peran teknologi dalam pelestarian lingkungan ini. Langkah ini sejalan dengan transformasi Indosat dari perusahaan telekomunikasi (TelCo) ke perusahaan teknologi (TechCo).”
Konservasi mangrove merupakan kebutuhan global di banyak komunitas pesisir. Kerjasama Indosat dengan USK di Aceh dalam bentuk kemitraan berbasis penelitian merupakan langkah nyata mengatasi isu perubahan iklim lewat pemanfaatan teknologi digital.
Solusi Internet of Things (IoT), yang diperkenalkan Indosat kepada peneliti dari USK akan diterapkan di lokasi penanaman mangrove di wilayah Lampulo serta lokasi tambak di wilayah Lamno, Aceh. Kerjasama ini diharapkan dapat mendukung penelitian untuk menjaga ekosistem mangrove dalam jangka panjang.
Memperingati hari Bumi yang jatuh bertepatan pada hari ini, Indosat juga melakukan penanaman mangrove secara simbolis. Total ada sekitar 15.000 bibit mangrove yang akan ditanam secara bertahap, dimana 2.800 mangrove berasal dari donasi kayawan Indosat melalui program Employee Carbon Offset (ECO).
Indonesia memegang peran kunci dalam pelestarian lingkungan dengan sekitar 23% dari total tanaman mangrove dunia, atau setara dengan 3.36 juta hektar. Dengan 43 jenis mangrove tropis, yang mencakup sekitar 80% dari mangrove tropis global, ekosistem ini memberikan manfaat penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan.
Manfaat tersebut diantaranya sebagai habitat bagi berbagai biota laut, perlindungan pantai dari abrasi, dan penyerapan karbon dengan potensial 4-5 kali lipat lebih besar dari hutan daratan. Inisiatif ini menjadi penting sebagai upaya bersama dalam melindungi dan memanfaatkan ekosistem mangrove secara berkelanjutan.
Indosat mentargetkan program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini akan dilanjutkan di Jawa Tengah, Makassar, dan Nusa Tenggara Barat di tahun ini. Kolaborasi dengan universitas setempat menjadi salah satu fokus utama sebagai pusat riset dan inovasi yang penting, tidak hanya memperkuat peran teknologi, tetapi juga memastikan bahwa solusi yang dikembangkan didukung oleh pengetahuan ilmiah dan pemahaman mendalam tentang lingkungan setempat.
Digitalisasi Konservasi Mangrove merupakan kelanjutan dari program Tanam Oksigen yang telah dluncurkan perusahaan, yang didedikasikan untuk mencegah punahnya udara bersih akibat masifnya emisi karbon dioksida. Indosat telah memulai inisiasi secara internal yang melibatkan kayawan perusahaan untuk berperan aktif dalam penanaman mangrove secara digital. Bagi masyarakat umum yang ingin berkontribusi, dapat berpartisipasi langsung melalui ioh.co.id/tanamoksigen dengan melakukan pembelian bibit mangrove. Upaya bersama ini sejalan dengan tujuan besar perusahaan, dalam memberdayakan Indonesia melalui teknologi.