Tokoh Aceh di Jakarta yang tergabung dalam sejumlah organisasi/lembaga melakukan prosesi adat peusijuek (tepung tawar) terhadap Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamen Kominfo) Nezar Patria yang dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 17 Juli lalu.
Dilakukan di Wisma Taman Iskandar Muda di kawasan Guntur, Setiabudi, Jakarta, pada Selasa (15/8/2023) malam, prosesi peusijuek melibatkan Majelis Adat Aceh (MAA) Cabang Jakarta, Taman Iskandar Muda, dan Diaspora Global Aceh. Acara peusijuek Nezar bersama bersama istri ini sekaligus memperingati Hari Damai Aceh yang sudah berusia 18 tahun.
Dalam sambutannya, Nezar Patria menyampaikan terima kasih atas acara adat yang digagas oleh Taman Iskandar Muda dan MAA.
“Sungguh ini sebuah penghargaan dan kemuliaan bagi saya,” kata Nezar.
Nezar kemudian mengenang momen Hari Damai Aceh. Menurutnya, saat MoU Helsinki ditandatangani pada 15 Agustus 2005, Nezar menyaksikannya dari dekat dengan jantung berdebar bahagia di hadapan para perunding GAM dan Pemerintah Indonesia. Sebuah momen bersejarah yang menandai berakhirnya konflik panjang dan berdarah-darah sejak Indonesia merdeka.
“Sebagai generasi muda Aceh pada waktu itu, saya berterima kasih kepada kedua pihak yang berjiwa besar dan bersepakat untuk membangun Aceh baru yang damai dan sejahtera di bawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Nezar.
Bagi Nezar, perjanjian di Helsinki adalah momen puncak, sebuah solusi politik yang bisa diterima kedua pihak, tanpa ada yang kehilangan muka, dan menghargai martabat kedua pihak.
Nezar juga terkenang menjelang penandatangan MoU Helsinki, salah satu anggota tim perunding Pemerintah Pusat bertanya kepadanya apakah ada pepatah Aceh tentang perdamaian.
“Maka saya ingat pepatah ‘pat ujeun yang tan pirang, pat prang tan reda.’ Pepatah itu pula kalau tidak salah diucapkan oleh Presiden Indonesia ke-6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya menyambut perdamaian bersejarah ini,” kata Nezar.
Nezar percaya, pepatah itu adalah hasil dari pengalaman panjang para endatu di Aceh yang melewati berbagai tantangan zaman, sejak kerajaan Aceh terbentuk hingga masa republik saat ini.
“Bahwa tak ada yang abadi di alam semesta, seperti hujan yang akan reda, demikian pula perang yang akan berhenti,” ujarnya.
Pengalaman pahit selama konflik bersenjata itu, kata Nezar, hendaknya menjadi menjadi pelajaran, sebagai modal pengalaman, pengetahuan, dan bijak dalam melangkah menyongsong masa depan Aceh yang lebih baik.
Menurut Nezar, perdamaian telah membuka peluang politik bagi Aceh untuk memberikan terbaik bagi masyarakat. Politik yang mengabdi kepada publik.
“Buah dari perjuangan panjang dan titik kompromi itu adalah suatu sistem demokrasi lokal yang berkuasa untuk mengatur diri sendiri, tanpa harus menyerahkan segalanya ke pemerintahan pusat,” ujarnya.
Dana Otonomi Khusus dan lahirnya partai lokal di Aceh, kata Nezar, seharusnya bisa membuat Aceh lebih sejahtera.
Nezar mencatat, dari 2008 hingga 2022, tercatat sudah Rp95,9 triliun Dana Otsus yang diterima Aceh. Dana itu akan berakhir pada 2027. Kini, kata Nezar, dirinya mendengar sedang dilakukan upaya-upaya untuk meminta perpanjangan Dana Otsus.
Hanya saja, Nezar mengingatkan pada 2020 lalu, Presiden Joko Widodo sempat mempertanyakan tata kelola penggunaan dana otonomi khusus Aceh yang disebutnya sebagai uang yang besar tetapi masih muncul tanda tanya: apakah sudah bermanfaat bagi rakyat? Apakah sudah tepat sasaran?
“Pertanyaan itu muncul mengingat angka kemiskinan di Aceh masih 14 persen. Angka yang besar, kata Presiden. Karena itu Bapak Presiden meminta agar kita semua memberi perhatian penuh ke sana lewat program-program yang didesain untuk pengentasan kemiskinan,” ujarnya.
Nezar mengingatkan agar Aceh perlu memikirkan jalan keluar alternatif seandainya Dana Otsus tidak lagi diperpanjang di masa depan. Dia mengatakan ada harapan besar bahwa generasi muda Aceh, terutama Gen Z, kini lebih beradaptasi dengan zaman di era digital. Gen Z di Aceh saat ini, katanya, punya mimpi dan kesempatan yang melampaui generasi lama.
“Tugas kita yang di sini malam ini adalah membuka jalan untuk mereka, para generasi penerus,” ujarnya.
Dia mencobtohkan pada perhelatan SEA Games 2023 lalu di Kamboja, yang menyumbang medali emas cabang olahraga e-sport untuk Indonesia adalah atlet asal Aceh Teuku M Kautsar.
“Ini adalah pencapaian luar biasa untuk seorang anak yang besar di ujung pulau Sumatera,” katanya.
Keberhasilan Kautsar, kata Nezar, tentu menyalakan harapan baru bahwa generasi muda Aceh sangat adaptif dengan teknologi digital, dan mampu mengejar ketertinggalan.
Pemerintah Pusat, kata Nezar, terus mendukung Aceh untuk mengejar ketertinggalan ini dengan membangun infrastruktur penunjang seperti jaringan internet. Di Aceh, saat ini ada ratusan blank spot 4G yang perlu diperhatikan.
“Saya juga sudah bicara dengan Diskominfo Aceh dan meminta Dinas itu untuk bekerjasama dengan Balai Monitoring Kominfo di Aceh guna menyisir daerah-daerah tertinggal dan terluar untuk kita fasilitasi dengan jaringan internet yang memegang peranan penting di era digital saat ini, termasuk dalam hal perdagangan berbasis digital yang bisa melampaui batas negara,”ujarnya.
Nezar juga menyampaikan pihaknya di Kementerian Kominfo baru-baru ini sudah memblokir puluhan ribu situs judi online, termasuk Higg Domino yang sebelumnya pernah diminta agar diblokir oleh ulama dan pemerintah Aceh.
“Semoga pemblokiran ini bisa mengobati keresahan kita selama ini,” ujarnya.
Sejumlah tokoh hadir dalam acara adat ini diantaranya mantan Menteri ATR BPN Sofyan Djalil, Mantan Dubes RI untuk Inggris, Teuku Mohammad Hamzah Thayeb yang mewakili Diaspora Global Aceh, Ketua MAA Perwakilan Jakarta Surya Dharma, Mantan Gubernur Aceh, Abdullah Puteh, serta Sekjen Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya. Hadir pula dalam kesempatan itu mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal.
Sebelumnya, Ketua Pengurus Pusat Taman Iskandar Muda Muslim Armas menitipkan sejumlah harapan masyarakat Aceh kepada Nezar terutama dalam tugasnya sebagai Wakil Menteri Kominfo.
“Kami titip bahwa masih banyak daerah di Aceh yang susah sinyal dan belum tersebar secara merata di Aceh, terutama di bagian Selatan dan Tengah Aceh. Karena itu kami berharap Wamenkominfo mendorong agar jaringan telekomunikasi dan internet di Aceh bisa lebih baik,” kata Muslim.
Muslim juga meminta kominfo bertindak untuk menertibkan aplikasi dan juga situs judi online yang meresahkan masyarakat di provinsi satu-satunya di Indonesia yang menerapkan pemberlakuan syariat Islam. Menurut Muslim generasi muda Aceh harus diselamatkan dari jeratan judi online.
“Harus ada upaya nyata untuk menyelamatkan generasi Aceh dari judi online yang semakin meresahkan kita semua,” sebutnya.
Selain itu Nezar juga diminta untuk membantu menyelesaikan ketertinggalan Aceh yang saat ini masih tercatat sebagai provinsi termiskin di sumatera, setelah Aceh mendapatkan banyak dana otonomi khusus buah dari perjanjian damai Aceh yang telah berlalu 18 tahun. Kontribusi Nezar di akhir periode presiden Joko Widodo ini diharapkan dapat menjembatani komunikasi Aceh dengan pusat.