Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Aceh menghadapi dua masalah besar, yang pertama masalah kualitas dan yang kedua masalah pemerataan.
Kepala dinas pendidikan Aceh Anas M Adam mengatakan untuk masalah pemerataan, dinas pendidikan Aceh pada tahun ini akan membangun sejumlah SMK di daerah-daerah yang belum ada SMK.
Sedangkan untuk kualitas, pihaknya akan fokus pada peningkatan kapasitas guru, karena banyak guru SMK mengajar bukan bidangnya, hal itu disebabkan oleh masih kurangnya guru produktif di sekolah-sekolah SMK, selain itu menurutnya SMK di Aceh juga masih minim fasilitas.
“banyak guru SMK bukan bidangnya, karena SMK masih kurang guru produktif, dan alat-alat praktek di SMK masih sangat kurang”lanjutnya.
Anas menambahkan jumlah SMK di Aceh sudah banyak namun belum merata di setiap kabupaten kota, selain itu SMK di Aceh menurutnya belum memiliki semua jurusan yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah.
Selain itu menurutnya Provinsi Aceh juga masih memiliki masalah untuk angka partisipasi antara Sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan sekolah menangah atas (SMA).
“Kementrian pendidikan mengharapkan agar perbandingan antara SMA dengan SMK antara 60 : 40, namun hingga kini pemerintah Aceh baru mampu memenuhi 82 : 18”lanjutnya lagi.
Terkait ketrampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK, di akui Anas masih sangat kurang, oleh karena itu dinas pendidikan sudah mengupayakan unit pelatihan pasca pendidikan, termasuk kerjasama dengan balai latihan kerja (BLK).