Bank Indonesia dan TPID Aceh Dorong Ketahanan Pangan Lewat Pelatihan Budidaya Cabai

Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan dan menjaga stabilitas harga komoditas strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Aceh bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya menggelar Pelatihan Budidaya Cabai “Subur Berkelanjutan” pada 15–16 Oktober 2025 di Gampong Ujong Muloh, Kabupaten Aceh Jaya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) serta sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam mendukung strategi 4K, yaitu Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif.

Acara dibuka oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Hertha Bastiawan dan dihadiri oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Aceh Jaya, Jhoni Saputra, mewakili Bupati Aceh Jaya. Turut hadir Edi Fadhil, Analis Kebijakan Ahli Muda Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) Aceh; Dailami, Plt. Kepala Dinas Pertanian Aceh Jaya; serta Murtala Hendra Syahputra dan Yuliana, pemilik PT Rayeuk Aceh Utama (Capli). Kegiatan ini juga diikuti oleh kelompok tani cabai dari Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, dan Subulussalam.

Pelatihan difokuskan pada peningkatan kapasitas teknis petani dalam budidaya cabai ramah lingkungan berbasis pertanian organik dan digital farming. Peserta dilatih menerapkan teknologi dekomposer Microbacter Alfafa (MA-11), produk hasil pengembangan SMK Pembangunan Pertanian (PP) Saree yang difasilitasi Bank Indonesia sejak tahun 2022 untuk pengolahan pupuk organik dari bahan alami. Teknologi MA-11 terbukti mampu meningkatkan unsur hara tanah, mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara alami, serta menghasilkan produk pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Selain itu peserta juga diperkenalkan pada penerapan digital farming berbasis Internet of Things (IoT), yang memungkinkan pemantauan kelembaban tanah, suhu, dan rekomendasi pemupukan presisi melalui aplikasi ponsel. Dengan penerapan teknologi ini, petani dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas hasil panen sekaligus mengurangi penggunaan pupuk kimia berlebihan.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Hertha Bastiawan menyampaikan bahwa cabai merah merupakan salah satu komoditas utama penyumbang inflasi di Aceh, dengan andil inflasi bulanan mencapai 0,68 persen (month-to-month/mtm) pada September 2025, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen. Ia menegaskan, fluktuasi harga cabai masih tinggi dengan volatilitas rata-rata mencapai 30 persen, sehingga penguatan kapasitas petani, pemangkasan rantai pasok, dan penerapan inovasi pertanian berkelanjutan menjadi kunci menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani.

“Cabai merah menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar di Aceh. Karena itu, penguatan kapasitas petani, inovasi teknologi, dan kemitraan berkelanjutan menjadi langkah penting dalam menjaga stabilitas harga sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Hertha.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Aceh Jaya Jhoni Saputra menyampaikan apresiasi atas sinergi Bank Indonesia dengan pemerintah daerah dan dunia usaha. Ia mengatakan bahwa langkah BI Perwakilan Aceh tidak hanya berfokus pada kebijakan makro, tetapi juga menyentuh langsung kebutuhan petani di lapangan.

“Kami menyambut baik langkah BI Aceh yang hadir langsung mendampingi petani. Pelatihan seperti ini sangat penting agar petani Aceh Jaya mampu meningkatkan produksi dan menjadi bagian dari solusi pengendalian inflasi,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut kegiatan dilakukan penandatanganan komitmen kerja sama antara PT Rayeuk Aceh Utama (Capli) dan kelompok tani cabai Aceh Jaya dalam mendukung pemasokan dan hilirisasi komoditas cabai. Inisiatif ini diharapkan menjadi model kemitraan berkelanjutan antara petani dan pelaku usaha untuk memperkuat rantai nilai pertanian di Aceh.

Menutup kegiatan Hertha Bastiawan menegaskan komitmen Bank Indonesia untuk terus bersinergi dengan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga pangan strategis serta memperkuat kemandirian pangan daerah. Ia menyampaikan, “Melalui semangat GNPIP dan strategi 4K, kami optimistis Aceh dapat mencapai inflasi yang rendah, stabil, dan terkendali, dengan masyarakat dan petani yang semakin sejahtera.”

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads