Kantor Bank Indonesia Perwakilan Aceh menginisiasi hubungan dagang langsung pedagang di Aceh dan kelompok tani penghasil cabai merah di Deli Serdang. Hubungan bisnis langsung ini untuk menjamin pasokan cabai merah ke Aceh sebanyak 1 ton setiap hari dan guna menghindari fluktuasi harga yang berpengaruh pada pengendalian inflasi.
Kelompok Tani (Poktan) Juli Tani di Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang telah terbentuk sejak 1 Juli1982 dengan beranggotakan 30 orang. Tetapi baru sejak tahun 2017, ditangan Ketua Kelompok Yareli berkembang pesat.
“Sekarang kita sudah berjumlah 105 orang anggota dan tambah pekerja tetap semunya menjadi 250 orang”, ucap Yareli Sabtu 5 November lalu “Juli Tani juga menyerap tenaga kerja di sekitar desa”.
Desa Sidodadi Ramunia berjarak sekitar 40 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda empat dari pusat Kota Medan. Jalanan relatif mulus dengan hamparan sawah dan perkebunan dengan beragam budidaya komoditi pertanian . Selain Juli Tani terdapat berbagai kelompok tani yang terbentuk dihampir tiap desa yang penduduknya umumnya dari Jawa yang terkenal gigih dalam bercocok tanam. Kultur Jawa tetap menjadi tradisi yang dipelihara seperti dalam pembenihan hingga panen.
Kegigihan angota kelompok Juli Tani terbukti dengan peningkatan produksi cabai merah per hektar dari 20 ton di dua musim tanam hingga mencapai 800 ton. Kelompok Juli Tani adalah contoh sukses pemanfaatan teknologi pertanian dan juga pengelolaan dari hulu hingga hilirasi pertanian.
Menurut Yareli hal ini tidak lepas dari pembinaan berbagai pihak terutama Bank Indonesia, “sejak dibina Bank Indonesia Perwakilan Deli Serdang kita telah memiliki perangkat untuk memprediksi musim serta bisa menghitung hara tanah untuk memberikan komposisi pupuk yang sesuai”.
Selama ini pupuk yang digunakan lebih banyak berupa kompos dari pengolahan sampah yang dikumpulkan dari masyarakat desa. “Per tiga kilogram sampah akan kita tukar dengan 1 bungkus mie instan”, ucap Yareli sebagai bentuk upaya mendorong masyarakat terliat dalam pengelolahan sampah menjadi pupuk kompos.
Inovasi pengelolaan pupuk organik ini dengan menggunakan teknologi micro Alfafa. Hal ini memungkinkan dilakukan karena adanya laboratorium mini pengembangan micro Alfafa untuk pembuatan pupuk kompos dan pakan ternak , “ ini juga menjadi ungulan karena untuk pupuk kompos hanya perlu waktu 24 jam sudah siap dipakai”, labih lanjut Yareli menjelaskan.
Dari mini laboratorium , yang dibangun atas bantuan Bank Indonesia, itu pula Kelompok Juli Tani telah mempatenkan 2 jenis bibit unggul untuk cabai Jusiber Ungu Deli dan Yusiber Hijau Deli, dua jenis ini ditanamkan disesuaikan dengan musim pergantian musim, sehingga pengaruh perubahan iklim bagi produksi cabai merah dapat diantisipasi. “Setiap hari petani juga mendapatkan penghasilan dari penjualan bibit cabai” ungkap Yareli.
Selain penerapan pertanian secara terpadu berbasis multi komoditi, kelompok Juli Tani juga mengembangkan kerja sama kemitraan dengan berbagai pihak sehingga terbuka akses pasar ke berbagai provinsi lain di Sumatera, termasuk Aceh.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Bersama Pemerintah Aceh telah mencanangkan program unggulan tanggap inflasi pada komoditas pangan, diantaranya program menjaga pasokan pangan strategis. Kemitraan inilah yang membuka jaringan pemasaran seperti akses bagi pedagang cabai merah di pasar Lambaro untuk mendapat pasokan 1 ton setiap hari dari kelompok Juli Tani di Deli Serdang. Kebutuhan yang tinggi dan kekurangan pasokan cabai telah berpengaruh pada angka inflasi khususnya di Banda Aceh. Dengan adanya pasokan 1 ton per hari ini telah memberikan jaminan dari fluktuasi produksi dan harga.
Sukses menanam cabai merah berkualitas menjadikan Kelompok Tani (Poktan) Juli Tani di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara banyak dikunjungi, baik untuk keperluan penelitian, bisnis, kerjasama dan belajar teknologi pertanian.
Kelompok Juli Tani mengalokasikan sebagian hasil panen cabai untuk diolah menjadi sambal saos cabai, cabai bubuk, dan bon cabai, dalam kemasan yang siap untuk dipasarkan.
Salah satu hal menarik lainnya masyarakat dapat menukar 3 kg sampah dengan 1 bungkus mie instan. Sampah inilah yang diolah menjadi pupuk kompos dengan teknologi micro Alfafa yang mempercepat prosesnya sehingga dalai 24 jam dapat digunakan.
“Bekerja sama dengan Indofood program ini dikenal dengan sebutan Kasutri (Kasih Sampah Tukar Mie)”; ucap Suparmin, Kepala Desa Sidodadi Ramunia yang menjadi salah seorang pengurus Juli Tani.
Suparmin menjelaskan pembuatan pupuk kompos upaya mengantisipasi pembengkakan biaya produksi. Selain bahan baku dari sampah warga, Poktan Juli Tani mengembangkan usaha ternak ayam dari berbagai jenis yang terbilang sukses melalui unit usaha kelompok.
“Ternak ayam kampung, ayam potong, ayam ras dan berbagai macam ayam lainnya dapat menghasilkan keuntungan mulai dari penjualan daging, telur, bahkan kotorannya bisa untuk dijadikan pupuk kompos,” Suparmin menjelaskan, “Sedangkan untuk pakan ayam, Poktan Juli Tani juga sudah bisa membuat pakan sendiri”.
Kelompk tani dari berbagai daerah termasuk mahasiswa dan pelajar juga banyak datang melakukan studi banding dan praktek lapangan di Desa Sidodadi Ramunia. Ali Suhendri Barus bersama 5 siswa SMK Negeri 1 Deli Serdang melakukan praktek kerja lapangan pada kelompok Juli Tani. Ali menyebutkan banyak manfaat dari teori dan praktek yang diperoleh selama hampir 3 bulan berada di Desa Sidodadi Ramunia ini. Sementara anak-anak petani warga Desa Sidodadi Ramunia yang ingin melanjutkan kuliah akan mendapatkan beasiswa dari Juli Tani.
“Ini kita sisihkan dari keuntungan yang kita dapatkan dari berbagai sumber selama ini,” ucap Yareli diakhir penjelasannya.
Kesuksesan kelompok Juli Tani mendapatkan apresiasi banyak pihak dan membuktikan sektor pertanian dapat menjadi andalan yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.