Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menggagas kearsipan tsunami di Aceh, sebagai memori atas peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami Aceh pada tahun 2004 silam.
Hal demikian disampaikan Bukhari, Perwakilan Pemerintah Aceh pada Seminar internasional yang mengusung tema “ Reflection of Indian Ocean Tsunami Archives as Memory of the World”, di Banda Aceh, Kamis (05/12).
Bukhari menjelaskan banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga memori atau sejarah dari bencana-bencana di Aceh pada 15 tahun silam, karena gempa dan tsunami Aceh termasuk bencana terbesar dalam sejarah ini dan layak dijadikan sebagai sebuah pembelajaran agar masyarakat waspada dan bijak dalam menghadapi bencana.
“Untuk mengenang bencana yang telah terjadi ada banyak hal yang dapat kita lakukan, antara lain membangun museum Tsunami, menyematkan ilmu kebencanaan bagi masyarakat, membentuk forum-forum peduli bencana, menghadirkan pusat penelitian kebencanaan, membentuk tim penanggulangan daerah, menghadirkan sistem arsip-arsip Tsunami.” jelasnya
Sementara itu Plt Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Muhammad Taufik menjelaskan, kegiatan seminar Internasional yang merupakan sebuah rangkaian peringatan 15 tahun Tsunami.
“Seminar ini bertujuan sebagai refleksi diakuinya arsip tsunami Samudra Hindia sebagai memori warisan dunia melalui registasi badan perserikatan bangsa-bangsa, Unesco pada 2017,” kata M Taufik.
Ia berharap dengan pertemuan seminar internasional kali ini dalam menjadi momentum dan menjadi data yang aktual untuk kelangsungan Aceh kedepan.
“Pertemuan internasional ini bisa melahirkan dokumentasi yang aktual dalam rangka menumbuh hadirnya sistem kearsipan tsunami yang spesifik dan lengkap di Aceh dengan data dan hasil penelitian dan semua informasi mengenai tsunami yang dapat menjadi kesadaran bagi masyarakat dunia, serta mempelajari seluk beluk bencana sehingga langkah langkah kedapan dalam mitigasi bencana dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya.