Merasa Direndahkan, Warga Aceh Surati Google

Salah seorang warga Aceh Hekal Afifa mengirimkan surat terbuka untuk Google Indonesia perihal keberatan terhadap layanan google translate.

Dalam suratnya Haekal menyampaikan keberatan dan protes kepada pihak Google, khususnya layanan Google terjemahan (Google Translate).

Haekal merincikan apa yang dilihatnya pada laman https://translate.google.com, opsi terjemahan dari bahasa Jawa (Javanese) dan bahasa Melayu ke bahasa Indonesia, frasa (1) ‘anak aceh’, (2) ‘pria aceh’, (3) ‘wanita aceh’, (4) ‘gadis aceh’, (5) ‘bocah aceh’, (6) ‘ibu aceh’, (7) ‘ayah aceh’, (8) ‘saya aceh’, (9) ‘keluarga aceh’, (10) ‘baju aceh’, (11) ‘suku aceh, (12) ‘orang aceh’, (13) ‘dunia aceh’, (14) ‘tokoh aceh’, (15) ‘bahasa aceh’, (16) ‘kakak aceh’, (17) ‘anak melayu’ ditulis dalam terjemahan bahasa Indonesia sebagai: (1) ‘bajingan’, (2) ‘Dasar brengsek’, (3) ‘seorang wanita yang kasar’, (4) ‘Dasar brengsek’, (5) ‘kamu bajingan’, (6) ‘Ibu brengsek’, (7) ‘Ayah brengsek’, (8) ‘Saya brengsek’, (9) ‘keluarga fanatik’, (10) ‘kaus kaki’, (11) ‘suku yang sakit’, (12) ‘bajingan’, (13) ‘dunia berantakan’, (14) ‘sosok yang kasar’, (15) ‘bahasa menghujat’, (16) ‘Anda brengsek’, (17) ‘bajingan’. Bahkan, jika frasa ‘anak aceh’ dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu diterjemahkan ke bahasa Inggris maka ditulis terjemahannya sebagai ‘son of a bitch’.

“Semua frasa tersebut yang ditampilkan oleh produk layanan Google terjemahan, khususnya opsi dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu ke bahasa Indonesia itu terlihat seperti ada unsur kesengajaan dan bukan bagian dari terjemahan, tapi lebih kepada mendeskripsikan dan mendiskreditkan saya dan orang Aceh secara umumnya,” tulis Haekal.

Sebagai bangsa Aceh, Haekal merasa telah dihina, direndahkan, didiskriminasi dan diperlakukan rasis oleh layanan Google terjemahan tersebut. Karena, dalam bahasa, budaya dan nilai hidup Aceh kata dia tidak pernah terdapat arti dari frasa seperti yang diterjemahkan oleh layanan Google.

“Tindakan ini membuktikan bahwa perusahaan Anda, khususnya produk layanan Google terjemahan tidak memiliki sistem verifikasi yang baik dan rasa sensitifitas terhadap keberagaman budaya, bahasa, suku, adat serta peradaban masyarakat di Indonesia yang berpotensi konflik horizontal dan memecahkan persatuan bangsa Indonesia,” tulis Haekal.

Haekal meminta kepada pihak perusahaan Google LLC atau pihak Google Indonesia untuk menghapus frasa-frasa tersebut diatas pada produk layanan Google terjemahan (Google Translate) khususnya terjemahan dari bahasa Jawa dan Melayu ke Bahasa Indonesia dan Inggris yang mengandung diskriminatif rasial sesegera mungkin.

Karena menurutnya, hal itu tidak saja meresahkannya sebagai bangsa Aceh dan membuat tidak nyaman, tapi juga telah melanggar; (1) Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial atau ICERD (International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination) yang sudah disahkan oleh Sidang Majelis Umum PBB Nomor 2106 (XX) pada 21 Desember 1965 serta telah diratifikasi oleh Republik Indonesia pada 25 Juni 1999. (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

“Saya yakin, sebagai sebuah perusahaan multinasional yang menawarkan produk dan layanan yang mendunia, para pekerja Anda tentunya paham dengan aturan dan regulasi diatas. Karena sampai kapanpun dan dimanapun praktek rasial harus segera dihentikan. Perusahaan Anda memiliki peran besar untuk mulai menghentikannya dari sekarang,” terang Haekal.

Diakhir suratnya Haekal berharap Perusahaan google lebih baik dan bijak dalam melakukan verifikasi dan validasi terjemahan serta menindak tegas dan tidak memberi ruang kepada orang-orang atau Komunitas Google Terjemahan yang berpotensi diskriminasi rasial, sehingga kesalahan seperti ini tidak terulang.

“Saya berharap, siapapun dari orang-orang atau Komunitas Google Terjemahan yang telah melakukan diskriminasi rasial semacam ini kepada kami untuk tidak pernah diberikan ruang sampai kapanpun dan diblokir dalam produk layanan apapun dari perusahaan Anda,” tutup Haekal.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads