Program Bersih, Rapi, Estetis, dan Hijau (BEREH), yang digagas pemerintah Aceh telah membantu perbaikan pelayanan publik di Gayo Lues. Pegawai kantoran di kabupaten yang berada di dataran tinggi gayo ini, telah mengaplikasikan program itu sehingga dirasa Iangsung oleh masyarakat.
Camat Pantan Cuaca, Salid, berterimakasih pada Sekretaris Daerah Aceh, dr. Taqwallah. Beberapa waktu lalu, Taqwallah telah melakukan kunjungan ke kantor kecamatan yang dipimpin Salid. Kunjungan sekda untuk mensosialisasikan program BEREH itu telah membuat Kantor Camat Pantan Cuaca kini berbenah total.
“Alhamdulillah kami sudah tindaklanjuti semua arahan Pak Sekda dulu,” kata Sadil. Jika saat kunjungan Sekda Taqwallah sekira akhir bulan lalu, masih didapati ruang kerja yang berdebu dan kotor, taman tidak hijau, maka saat ini kondisi Kantor Camat Pantan Cuaca telah berubah.
“Alhamdulillah ruang kerja sudah bersih, taman sudah hijau dan semua sudah dalam kondisi aman,” kata Salid.
Bukan hanya di kantor camat, pihaknya juga mensosialisasikan program BEREH ke desa-desa di Kecamatan Pantan Cuaca. Efeknya, 9 gampong dalam dua kemukiman di kecamatan itu ikut berbenah. “Meunasah alhamdulillah sudah posisi hijau,” kata dia. Artinya, tempat ibadah di Pantan Cuaca telah BEREH.
Beberapa layanan publik yang masih berstatus ‘kuning’ atau belum terlalu baik, kata Camat Salid, diakibatkan kondisi masih dalam pembangunan. Ia yakin saat pembangunan selesai nanti, kondisi tempat layanan publik itu akan menjadi baik.
Senada dengan Salid, dr. Novita Wahyuni Kepala Puskesmas Dabun Gelang, mengatakan program BEREH yang ditawarkan Sekda Taqwallah sangatlah membuat ia berkesan. Banyak hal baru yang ia dapat. “Pak Sekda membuat kita semakin terpacu untuk membuat kesehatan di Gayo Lues lebih baik,” kata dia.
Novita setuju dengan apa kata Sekda Taqwallah. Di mana, kebersihan tempat kerja sangat mempengaruhi kinerja. Hal itu juga pastinya memberi pengaruh pada perilaku hidup sehat masyarakat. Pola hidup sehat bukan akan membuat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat meningkat.
Bukan hanya program BEREH, Puskesmas Dabun Gelang, juga melakukan program percepatan penurunan penderita stunting dan gizi buruk di lingkungan layanan Puskesmas. Di tahun lalu, tercatat 16 anak yang menderita stunting. Namun usai pemutakhiran data di Aplikasi EPP GBM, angka stunting turun menjadi 7 orang.
Beberapa langkah yang dilakukan petugas kesehatan dari Puskesmas Dabun Gelang adalah mengukur kembali bayi-bayi dan memonitor pertumbuhan mereka. Jika anak terindikasi kurang gizi, pihak Puskesmas akan langsung memberikan PMT dan merujuk bayi ke dokter umum. “Kita juga memberikan edukasi ke keluarga sehingga orang tua mau mengkonsumsi dan memberikan asupan gizi cukup pada keluarga,” kata dr. Novita.
Selain itu, untuk menggalakkan program imunisasi, pihaknya membuat program pemberian hadiah bagi anak yang mau diimunisasi. Di antaranya adalah memberikan balon bagi anak, baju bayi hingga perlengkapan mandi. Untuk kampanye imunisasi, mereka juga melakukan door to door atau menyambangi rumah warga yang punya bayi.
“Kita juga kerjasama dengan masyarakat dan melakukan Jumat bersih bersama PKK kampung, petugas kamtibmas dan masyarakat desa. Mereka ada di barisan depan pemberantasan stunting,” kata Novita.
Sekretaris Daerah Aceh, Taqwallah, mengatakan program penanganan stunting dan BEREH, dilakukan pemerintah Aceh sebagai upaya membuat Aceh menjadi daerah unggulan di masa depan. Anak yang lahir di masa sekarang, kata Taqwallah adalah generasi yang nantinya akan memimpin Aceh. Karenanya mereka perlu dijaga demi kemajuan daerah di masa depan.
Para petugas kesehatan, camat, hingga kepala desa, kata Sekda adalah mereka yang telah diberikan salah satu slot masuk surga. Namun tiket itu bisa gugur jika layanan bagi masyarakat terhenti. Karenanya ia meminta agar pelayan masyarakat itu memberikan layanan terbaik sehingga tiket surga itu memang benar-benar menjadi hak mereka.
“Jika anda petugas kesehatan, jangan pernah menolak pasien dalam kondisi apapun. Jika anda camat dan kepala desa pastikan masyarakat mendapatkan hak mereka yaitu layanan kita,” kata Taqwallah.
Taqwallah menyebutkan, sedikitnya ada tiga hal yang harus dipenuhi oleh pelayan masyarakat ini, yaitu sabar, komunikatif dan cita rasa. “Kita harus sabar dalam memberi pelayanan. Sebagai pemimpin kita harus komunikatif dalam melayani ke bawah dan kita harus punya cita rasa,” kata dia. “Tidak ada yang langsung sempurna. Semua perlu perbaikan. Jangan pernah kecewa dengan yang gagal. Gagal itu adalah pembelajaran.”
Khusus pada bidan desa di Gayo Lues, Taqwallah mengatakan ada beberapa titik pantau yang wajib dilakukan mereka. Pertama, mereka harus memantau dan mendata setiap ibu hamil. Ibu hamil harus dipastikan mempunyai buku KIA dan diberikan obat tambah darah saat hamil. “Bidan harus memeriksa ibu hamil minimal 4 kali,” kata Sekda.
Saat akan melahirkan, bidan desa harus memastikan status ibu hamil, apa akan melahirkan secara normal atau pun masuk dalam kelompok resiko tinggi atau resti. Jika ibu hamil masuk kelompok resti, tenaga kesehatan harus memastikan pasien tertangani dengan baik.
Selanjutnya adalah saat bayi lahir. Petugas harus memastikan agar bayi mendapatkan IMD, atau menghisap Air Susu Ibu perdana atau ekslusif begitu lahir. “Jika anak mendapatkan itu, anak biasanya akan terhindar dari sakit sampai usia 3 bulan pertama,” kata Sekda Taqwallah.
Bagi ibu paska-melahirkan haruslah diberikan pemahaman agar memberikan asi ekslusif bagi bayi hingga usia 24 bulan serta memastikan anak mendapatkan imunisasi dasar.
“Itu semua disebut sebagai masa 1.000 hari pertama kehidupan. Jika kita bisa melakukan itu, insya Allah anak akan terhindar dari stunting,” kata Sekda Taqwallah.
Sementara pada para camat dan Kepala Desa di Gayo Lues, Sekda berpesan untuk membenahi tempat pelayanan publik dan ruangan kerja. Keduanya harus dipastikan tertata baik, tersusun rapi serta bersih. Hal itu kata Sekda, harus dilakukan bersama sehingga kesadaran menjaganya pun tetap dipangku bersama. Ia mengibaratkan pekerjaan menjadi layanan publik layaknya kerja memadamkan kebakaran yang tak bisa dilakukan perorangan, harus bersama-sama.
“Situasi kecamatan, desa, puskesmas atau apa pun di tempat kita itu, ya kita yang tahu. Kita juga yang memanfaatkannya. Mari sama-sama menjaganya,” kata Taqwallah.
Bupati Gayo Lues, Amru, mengatakan pihaknya sangat gembira dan bersyukur dengan arahan-arahan yang diberikan Sekda. Dua bulan bertugas, kata Amru, Sekda Taqwallah telah dua kali berkunjung ke Gayo Lues. “Beliau datang bukan melayat tapi membuktikan buah kecintaan bagai ayah ke anak,” kata Amru. “Beliau saya kira berhati iklas. Bukan hanya berpikir tapi juga bekerja.”
Amru menyebutkan Sekda Taqwallah adalah solusi mengubah Aceh menjadi lebih baik. Apalagi, Taqwallah datang di waktu yang tepat. “Beliau datang karena ada masalah. Harapan saya semuanya jangan hanya mendengar arahan tapi kita harus bekerja sesuai arahan Pak Sekda.”
Bupati menyebutkan, dirinya akan memberikan sanksi bagi petugas kesehatan hingga camat yang tak bekerja. Bagi yang berprestasi pihaknya akan memberikan reward. “Saya akan terus memantau, doktrin beliau ini harus diterapkan di Gayo Lues,” kata Amru.
Kepala Dinas Kesehatan Gayo Lues, Purnama Abadi, menjelaskan kondisi kesehatan di Gayo Lues. Ia menyebutkan ada 12 Puskesmas dan 40 Puskesmas Pembantu dengan 83 Polindes yang tersebar di 11 Kecamatan. Seluruh lokasi layanan kesehatan itu melayani sekitar 83 ribu masyarakat yang tinggal di 145 desa.
Seluruh desa di Gayo Lues, kata Purnama telah ada posyandu. Namun demikian, kata dia, masih didapati anak yang menderita stunting dan gizi buruk. “Angka stunting 166 orang dan 3 anak mengalami gizi buruk,” kata dia.
Sementara Direktur Rumah Sakit Umum Kabupaten Gayo Lues, dr. Mutia Fitri, yang juga memaparkan kondisi layanan di tempat ia berdinas, mengatakan rumah sakit yang ia pimpin berakreditasi Madya dengan klasifikasi tipe C. Ia membawahi 539 pegawai yang 177 di antaranya adalah Pegawai Negeri Sipil.
Rumah Sakit Gayo Lues telah memiliki dokter spesialis kandungan, dokter penyakit dalam, dokter spesialis bedah, dokter spesialis kandungan, dikter spesialis kulit dan kelamin, dokter spesialis mata, dokter spesialis THT dan dokter spesialis anestesi. Mutia Fitri melaporkan, pihaknya belum lagi memiliki dokter spesialis gigi dan mulut, dokter spesialis patologi klinik dan dokter rehabilitasi medik.
“Mohon pertimbangan Bapak Sekda Aceh dan Bapak Bupati agar bisa mengusulkan penempatan dokter spesialis yang belum lagi terpenuhi di tempat kita,” kata dr. Mutia Fitri. ADV