Pemimpin Harus Amanah, Tepati Janji yang Diucapkan

Masyarakat‎ di Provinsi Aceh baru saja memilih dan menentukan para pemimpinnya dalam suatu proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2017 beberapa hari lalu.

Para pemimpin yang kini sudah terpilih dengan suara yang diberikan juga diingatkan agar amanah dalam menjaga kepercayaan rakyatnya, menepati semua janji yang diucapkan ketika meyakinkan masyarakat.

Ketika seorang pemimpin tidak bisa menjaga amanah, melupakan apa yang pernah diucapkan dalam bentuk janji-janji mensejahterakan, serta bersikap zalim, tidak bisa bersikap adil maka itu berarti dia telah menjadi lawan dan musuh utama Rasulullah SAW dan Allah SWT di hari akhirat kelak.

Demikian antara lain disampaikan ulama muda Aceh, Ustaz H Tamlicha Hasan Lc saat memberikan tausiyah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirangkai dengan pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di kediaman Direktur Dana dan Jasa Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman, di Desa Meunasah Manyang Pagar Air, Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (22/2/2017) malam.

“Wahai para pemimpin yang telah dipercaya dengan suara rakyat, catat dan ingatlah dengan apa yang pernah diucapkan, tepati semua janji, jadilah Anda sebagai pemimpin kami yang amanah jika tidak mau menjadi musuh Allah dan Rasul ketika diminta pertanggungjawaban di hari akhirat,” ujarnya.

Ustaz Tamlikha juga menyampaikan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang orang-orang yang telah dipilih dan diberikan kedudukan oleh Allah sebagai pemimpin bagi sekalian umat manusia.

Seperti disebutkan dalam Surat ‎Al-Hajj ayat 41 yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

‎”Di sini dijelaskan, kepemimpinan itu harus di‎kembalikan sesuai perintah Allah dalam poros syariat Islam. Jadikan kepemimpinan untuk amar makruf dan nahi munkar, jangan sampai kita celaka kemudian dengan tidak amanah dalam memimpin dan mengabaikan ketentuan Allah,” sebutnya.

Menurutnya, pemimpin yang amanah setiap kali mengucapkan janji berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Nabi Muhammad SAW pernah tiga hari tiga malam datang ke sebuah tempat hanya karena ada janji dan orang yang berjanjinya lupa, tetapi Nabi tidak marah, karena keberuntungan bagi beliau adalah kemampuan memenuhi janji.

“Seringkali orang mudah memberi janji dan melupakannya, tapi orang yang diberi janji biasanya tidak akan lupa. Pemimpin yang amanah bisa dilihat dari kehati-hatiannya berjanji, sedikit janjinya, tetapi selalu ditepati. Berhati-hatilah terhadap pemimpin yang mudah mengobral janji. Seorang calon pemimpin yang banyak memberikan janji jangan langsung dipercaya. Jika memilih pemimpin, lebih baik pilihlah orang-orang yang sepanjang hayatnya memberikan bukti daripada yang hanya bisa memberikan janji,” kata Ustaz Tamlicha yang juga penceramah halaqah subuh di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Disebutkannya, setiap amanah yang akan diberikan kepada kita harus benar-benar diperhitungkan terlebih dahulu apakah mampu mempertanggung-jawabkannya atau tidak. Setiap pemimpin tentu mengucapkan sumpah sebelum mengawali tugasnya.

Menyebut sumpah itu sudah merupakan janji, apalagi menyebut ‘Demi Allah’. Orang yang mempunyai jabatan, pangkat, kedudukan, jika dia tidak mampu mempertanggung-jawabkannya, maka semuanya itu justru menjadi jalan kehinaan bagi dirinya baik di mata manusia, lebih-lebih dalam pandangan Allah.

Semakin tinggi jabatan, jika terjatuh (karena tidak amanah), maka benturannya akan semakin meremukkan. Karenanya jangan tamak dengan kekuasaan dan jabatan, tapi bersungguh-sungguhlah menunaikan tanggung-jawab.

Dalam catatan sejarah Islam disebutkan, ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah, pada Jumat 10 Shafar tahun 99 Hijriyah, ketika itu beliau berumur 37 tahun, menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman Bin Abdul Malik, Sang Khalifah menangis terisak-isak.

Berbagai kisah kehidupan Umar‎ Bin Abdul Aziz mulai dari petunjuk mulia pra kepemimpinannya sampai dengan detik-detik akhir hayatnya. Umar Bin Abdul Aziz merupakan sosok pemimpin yang zuhud dan juga khalifah yang cerdas. Kehadirannya pada saat itu bagaikan pancaran cahaya di tengah kegelapan.

Dia selalu berupaya membersihkan pemerintahan yang sebelumnya penuh dengan korupsi, suap, makar, dan kezaliman dan berhasil hanya dalam waktu 2,5 tahun. Demikian juga dia mencopot para pejabat yang korup, memilih pegawai yang bersih, dan memberikan teladan yang baik dalam kesederhanaan.

“Pemimpin bukan hanya jabatan yang dipandang sebagai sebuah keistimewaan, kewenangan tanpa batas, kebanggaan, dan popularitas. Memimpin merupakan suatu tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanaan yang dilihat dan dinilai banyak orang dan juga harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak,” terangnya.‎

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads