Meulaboh Alami Deflasi Terendah di Sumatera

Dari tiga kota pemantau inflasi di provinsi Aceh, dua diantara masing-masing Banda Aceh dan Meulaboh mengalami deflasi sebesar 0,36 persen dan 0,02 persen, sedangkan satu kota pemantau inflasi lainnya yaitu kota Lhokseumawe mengalami inflasi sebesar 0,22 persen.

Sehingga secara agregat provinsi Aceh mengalami deflasi sebesar 0,15 persen pada bulan September 2015.

Penurunan harga pada kelompok bahan makanan dan transportasi menjadi penyebab utama terjadinya deflasi pada bulan September, meskipun lima kelompok lainnya mengalami inflasi namun tidak berpengaruh signifikan, mengingat kelompok makanan dan transporatasi merupakan kelompok dominan yang mempengaruhi inflasi.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Hermanto mengatakan sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga pada bulan September antara lain Angkutan udara, cabai merai dan daging ayam. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain beras, tongkol dan emas perhiasan.

”Kalau ini mampu dikendalikan terus manfaatnya banyak sekali, terutama persoalan kemiskian, kedua adalah pertumbuhan ekonomi juga akan banyak,”ujarnya.

Hermanto menambahkan hingga September 2015 ini nilai inflasi di Aceh masih sangat terkendali bahkan lebih baik dari rata-rata inflasi secara nasional. Menurutnya hingga September 2015 laju inflasi Aceh sebesar 0,31 persen.

Menurut Hermanto  dari 23 kota pemantau inflasi di pulau Sumatera, sebanyak 6 kota mengalami inflasi dan 17 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota tanjung pandan dan inflasi terendah di kota Bandar lampung. Sementara deflasi tertinggi terjadi di kota Sibolga dan deflasi terendah terjadi di Kota Meulaboh.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads