DPRA Siap Bantu Tahapan Perdamaian Bangsa Moro Filipina

Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menggelar pertemuan dengan anggota Kongres Rufus Rodriguez Filipina,  Jum’at, 13 Februari 2015. Di Ruang Badan Anggaran, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh.

Rufus Rodriegues selaku Ketua Tim Perdamaian menyampaikan tujuannya ke Aceh merupakan ingin berdiskusi masalah konflik agama di Filipina, seperti diketahui bahwa di Filipina ada dua agama seperti Katolik dan Islam, sampai saat ini masih terjadi konflik dengan bangsa Moro.

“Jadi, kami ingin mencari solusi terbaik tentang cara menyelesaikan konflik antara pemerintah Filipina dengan Bangsa Moro yang sudah terjadi selama puluhan tahun dan tujuan kami kesini adalah untuk belajar dari pengalaman perdamaian di Aceh,” Rufus Rodriegues .

Selain itu, Rufus Rodriegues juga menyebutkan bahwa konflik yang terjadi di Mindanao sejak tahun 1972 dan ada sebanyak 4 juta penduduk muslim di 4 provinsi. Dalam konflik tersebut, sebanyak seribu orang yang meninggal dunia dan jutaan peso yang sudah dihabiskan dari pemerintah Filipina untuk menyelesaikan konflik tersebut, tetapi sampai sekarang masih terjadi konflik.

“Jadi ada jutaan orang sudah mengungsi dan sudah 17 tahun pembicaraan perdamaian tapi sampai sekarang belum ada hasil,” ungkap Rufus Rodriegues.

Padahal, kata Rufus Rodriegues, bulan Maret tahun 2014 lalu, MoU (perjanjian) sudah dilakukan dan ditandangani di Kuala Lumpur, Malaysia antara pemerintah Filipina dan Bangsa Moro. Front Pembebasan Islam Moro (MILF) sudah membuat proposal yang sudah dikirimkan ke presiden dan sekarang sudah dikirim ke kongres, proposal itu saat ini sedang di proses.

“Kehadiran kami di Aceh salah salah satunya adalah ingin belajar bagaimana cara menyelesaikan perdamaian dengan bangsa Moro, saya meminta tolong bagaimana proses perdamaian di Aceh dengan Indonesia untuk kami pelajari,” pinta Rufus Rodriegues.

Mendengar sejumlah curhatan dan kisah tersebut, ketua Banleg Iskandar Usman Al-Farlaky, S.Hi juga mempertanyakan sejauh mana proses konflik disana, kapan terjadinya konflik dan bagaimana kondisi sekarang dan masalah penyelesaiannya dan apakah sekarang masih terjadi konflik disana.

“Kalau masalah pertempuran tidak ada lagi, saat ini sedang dalam masa gencatan senjata antara Pemerintah Filipina dengan MILF, karena masih terjadi perundingan terkadang konflik kecil masih terjadi sampai saat ini,” jawab Rufus Rodriegues.

Sementara itu ketua Banleg DPR Aceh Iskandar Usman menyampaikan bahwa, konflik di Aceh sudah hampir 32 tahun yang digagas oleh Almukarram Tengku Muhammad Hasan Ditiro, konflik terus bergolak antara pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Pasca tsunami konflik mulai mereda. Sejak penantanganan Mou Helsinki dari tahun 2006 dan yang implementasinya di dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA).

Diakhir pertemuan tersebut, anggota DPRA Adam Muklis menyarankan kepada pemerintah Filipina untuk membuka perwakilan di Aceh, nanti kami akan memfasilitasi perdamaian Bangsa Moro di Mindanao dan kami nanti bisa berkunjung kesana.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads