Rapat paripurna khusus Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dengan agenda pembentukan fraksi-fraksi di DPR Aceh dan penetapan Pimpinan definitif DPR Aceh periode 2014-2019 berakhir ricuh.
Kericuhan terjadi antara sesama kader partai Aceh di DPR Aceh. Kericuhan berawal saat anggota DPR Aceh Ridwan Abubakar (Nektu) melakukan intruksi dan menyampaikan keberatannya dengan mekanisme pemiliha pimpinan DPR Aceh di internal Partai Aceh yang dinilainya belum selesai.
Namun saat menyampaikan penjelasannya, Ketua Sementara DPR Aceh Muharuddin yang memimpin jalannya sidang menyanggah dan meminta Nektu untuk tidak melanjutkan persoalan internal partai Aceh di rapat paripurna itu.
Sanggahan Muharuddin memicu emosi Nektu yang langsung membanting meja hingga terjatuh, Nektu pun segera bergegas kedepan ruang sidang. Tiba-tiba sejumlah orang (bukan anggota DPR Aceh) masuk kedalam ruang sidang dan sempat memukul-mukul meja pimpinan dewan.
Melihat gelagat tidak baik itu, sejumlah aggota dewan dari partai Aceh berusaha melerai sejumlah orang yang berusaha menuju kedepan meja pimpinan dewan.
Setelah situasi berhasil dikendalikan, Muharuddin kembali memimpin rapat dan memutuskan rapat di skor sepuluh menit.
Setelah skor dicabut Muharuddin pun memutuskan menunda sidang paripurna sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
