Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) kota Banda Aceh bekerjasama dengan Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh Aceh melatih 60 orang kader dai se-kota Banda Aceh.
Pelatihan yang dilaksanakan di Aula Kanwil Kementrian Agama provinsi Aceh berlangsung selama dua hari, Sabtu-Ahad, 22-23 November 2014, diikuti oleh perwakilan remaja Masjid, Guru TPQ, Mahasiswa dan Ormas Islam. Acara dibuka Kepala Dinas Syariat Islam kota Banda Aceh Mairul Hazami pada, Sabtu (22/11/).
Mairul berharap dari pembinaan ini para dai dan daiyah akan lebih bekualitas dan profesional serta akan menambah barisan kader-kader dakwah yang akan mengajak orang untuk berbuat baik, ia berharap para dai di kota Banda Aceh ini mampu mewarnai kota Banda Aceh dalam berbagai dimensi khususnya pelaksanaan syariat Islam.
“Pemko Banda Aceh mengajak semua pihak untuk bekerja sama membangun kota Banda Aceh, jadi semua kita ini adalah dai, jangan terkesan dai hanya tugas dari beberapa kelompok orang saja, karena hakikat dari dakwah adalah mengajak bukan mengajar, sehingga bisa dilakukan oleh semua orang”ujarnya.
Mairul mengingatkan bahwa tanpa adanya dai mungkin hingga sekarang Islam pun belum sampai ke Aceh ini, “jadi roh nya agama itu adalah dakwah, kalau dakwah berhenti maka agama tidak akan berkembang, agama itu berkembang karena dakwah dan sekarang kita beriman dan beragama Islam karena ada orang yang membawa Islam kesini, merekalah para dai”lanjutnya.
Mairul berharap Ikadi kota Banda Aceh sebagai salah satu wadah dai harus terus maju dan berkembang serta secara rutin menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dai dengan peserta yang lebih banyak.
Pada kesempatan itu Mairul mengakui pelaksanaan syariat Islam secara kaffah di kota Banda Aceh harus melibatkan seluruh pihak, baik dinas, instansi maupun lembaga-lembaga Islam.
“Peran keterlibatan seluruh pihak menjadi kunci keberhasilan untuk mewujudkan kota Banda Aceh sebagai model kota madani, dimana masyarakatnya hidup dengan mengamalkan nilai-nilai syariat”ujarnya.
Sementara itu ketua Ikadi kota Banda Aceh Mulyadi Nurdin mengatakan jumlah dai di kota Banda Aceh masih sangat kurang, bahkan tidak sebanding dengan semakin banyaknya tempat-tempat pengajian dan halaqah di kota Banda Aceh, baik yang diinisiasi oleh ormas Islam, remaja Masjid dan komunitas-komunitas.
“Dari sisi jumlah sangat kurang, makanya butuh pengkaderan, karena kalau ini tidak dilakukan pengkaderan, misalnya disuatu tempat khatib berhalangan, siapa yang menggantikan? seharusnya disetiap masjid atau gampong dikota Banda Aceh ini ada banyak dai yang selalu siap untuk naik mimbar”ujarnya.
Mulyadi mengakui minat generasi muda untuk menyiarkan dakwah ada, namun diawal-awal harus dilakukan pendampingan sehingga mereka benar-benar siap untuk diterjunkan ke masyarakat.
“Tinggal kita menggali potensi ini, makanya kita fokus pada perekrutan anak-anak muda, dai-dai muda karena mereka perlu dilatih dan didampingi, dan tentunya mereka harus diberi peluang mengisi kajian-kajian, ceramah-ceramah bahkan khutbah kalau mereka sudah mampu dan siap” pungkasnya.