Consortium Asal Malaysia akan “Joint Venture’ dengan Pemerintah Aceh

Stanleytoo Investment Consortium Ltd asal Malaysia tertarik dan ingin melakukan ‘joint venture’ dengan Pemerintah Aceh di sector Pertanian.

Bekerjasama dengan pengusaha lokal, konsorsium ini berencana invest sebesar US$ 5 juta di Aceh, dengan konsep mendirikan perusahaan baru bernama PT Aceh Economic Development Consortium.

Ketertarikan tersebut dikemukakan delegasi asal ‘negeri jiran’ itu yang dipimpin Too Cheng Huat dalam pertemuan dengan Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf, di  Banda Aceh, Senin (15/9) malam.

Wali mengatakan dukungannya untuk perusahaan Malaysia itu untuk berinvestasi guna menggairahkan perekonomian Aceh. Wali Nanggroe juga menyinggung soal hubungan dagang yang telah terjalin antara Aceh dan Malaysia, juga Singapura sejak lama.

Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf juga memberikan sokongan penuh atas rencana investasi tersebut. Pria yang kerap disapa Mualem itu juga mengatakan bahwa Aceh juga potensial di sector perindustrian, perdagangan dan pertanian. “Kami akan fasilitasi penyediaan lain dan kebutuhan lainnya. Saudara boleh lihat sendiri apa yang dibutuhkan di sini. Kami persilahkan berinvestasi di Aceh. Pemerintah Aceh akan support dan dukung,” kata Wagub.

Ditegaskan Mualem, Aceh hari ini sudah sangat kondusif untuk iklim investor. “Nanti akan ada gas Arun yang bisa dimanfaatkan untuk industri. Untuk infrastruktur, Pemerintah Aceh sedang menjajaki pembukaan rute kapal Roro untuk mengangkut barang pertanian dengan rute Lhokseumawe-Langsa-Penang,” jelas Wagub.

Pimpinan Delegasi Stanleytoo Investment Consortium Ltd, Too Cheng Huat mengatakan, konsorsium yang connecting dengan para pengusaha dari Hongkong, China, Taiwan, dan Macau itu akan fokus berinvestasi di Aceh di sector pertanian tanaman pangan, misalnya supporting/mendanai kegiatan penanaman jagung dan padi.

“Akan bekerjasama dengan pengusaha lokal dengan membuat perusahaan baru bernama PT Aceh Economic Development Consortium yang 70 persen sahamnya milik orang Aceh, dan 30 persen lagi untuk kami, kita akan danai penanaman jagung dan padi dilahan seluas 10 ribu hektar,” kata Too Cheng Huat.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads