Said Fauzan Baabud dari Bank Dunia mengatakan pasokan arus listrik merupakan hambatan utama bagi sektor swasta untuk melakukan investasi di Aceh. Menurutnya laporan dari pihak swasta mengungkapkan bahwa listrik di Aceh terputus sebanyak 4,3 kali perminggu, sedangkan secara nasional tercatat 2 kali seminggu, sehingga pasokan listrik yang kurang handal itu merupakan hambatan utama dalam katifitas usaha seperti peternakan dan pengolahan ikan.
Kepala Badan Invetasi dan Promosi Aceh, Anwar Muhammad mengatakan Pemerintah Aceh mengakui listrik sebagai hambatan invetasi, di akuinya saat ini Aceh hanya memiliki 240 MW kapasitas listrik yang tersedia, itu pun sebagian besar diperoleh dari sumber listrik di Sumatera Utara, namun untuk mengatsinya Pemerintah Aceh sedang membangun pusat listrik tenaga uap di Nagan Raya dan listrik tenaga panas bumi di Sabang.
“Selain itu kita harus membuat investasi ini lebih tertarik, seperti image di Aceh ini yang harus kita rubah, kalau selama ini diluar orang bicara di Aceh tidak aman, sekarang mereka harus kesini lihat dulu,” katanya.
Sementara itu co-cair APAC-ARF Yusni Sabi mengatakan pasokan listrik yang cukup dan kemanan dalam berinvestasi merupakan tuntutan dari semua investor yang akan menanamkan modalnya di Aceh, selain itu birokrasi di Aceh juga harus mendukung dan proaktif untuk mendukung investasi di Aceh.
“pertama sekali kita harus menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi, dan investasi tidak hanya dari luar tapi bisa juga dari dalam,” tegasnya.
Dilain pihak Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf mengatakan listrik bukanlah satu – satunya kendala dalam berinvestasi di Aceh, namun masih banyak juga masalah lain seperti soal keamanan, regulasi, pasar atau hal yang terkait mikro dan makro. (im)