Banda Aceh Berharap Pengakuan Unesco

Banda Aceh sebagai salah satu kota tertua di Nusantara telah menorehkan sejumlah mahakarya terkemuka dan tercatat dalam lembaran buku perjalanan tanah rencong yang juga dijuluki Serambi Mekkah ini.

Kota yang didirikan oleh Sultan Alaidin Johansyah pada tanggal 1 Ramadhan 601 H bertepatan 22 April 1205 lalu di Gampong Pande ini telah tercatat dalam sejarah sebagai pusat peradaban dan penyebaran Islam serta pusat perhubungan perdagangan internasional masa lalu.

Hal demikian disampaikan Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal dalam sambutannya pada Seminar Internasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Acara bertajuk “Kuta Radja, Menuju Kota Warisan Dunia” ini berlangsung di Gedung AAC Dayan Dawood, Selasa (10/5/2016).

Ia menjelaskan, sebuah kota disebut kota pusaka setidaknya dapat digambarkan dengan kepemilikan sejarah yang bernilai dan pusaka alam serta pusaka budaya yang terpelihara dan dikelola secara utuh dan berkelanjutan. “Alhamdulillah unsur-unsur Kota Pusaka telah cukup dimiliki oleh Kota Banda Aceh.”

Situs-situs bersejarah yang ada di Banda Aceh, sebut Illiza, memiliki latar belakang peristiwa yang penting, menarik dan unik memiliki potensi yang besar untuk mengangkat nilai-nilai pusaka yang terkandung di dalamnya. “Dengan itu semua, Insya Allah akan mampu mengantarkan Banda Aceh menjadi kota pusaka warisan dunia dengan pengakuan badan dunia resmi Unesco.”

Illiza juga menegaskan komitmennya mendorong semua stakeholder terkait untuk bersama-sama mengembangkan langkah-langkah perencanaan lainnya terkait pengembangan Kota Banda Aceh sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia dan diakuinya Kota Banda Aceh menjadi Kota Pusaka Dunia oleh Unesco.

“Dengan segala nilai pusaka yang dimiliki oleh Kota Banda Aceh, maka peluang untuk memperoleh pengakuan dari Unesco sebagai warisan dunia rasanya bukanlah hal mustahil. Namun tentu masih dibutuhkan kerja keras dan dukungan dari semua lapisan khususnya pemerintah pusat, Pemerintah Aceh dan seluruh elemen masyarakat Aceh.” Lanjutnya.

Ia menambahkan, Pemko Banda Aceh melalui forum ini dan secara resmi memohon kepada Kementerian PU dan Perumahan Rakyat agar dapat mendukung pembangunan berbagai infrastruktur yang mendukung wacana ini. “Salah satunya adalah membangun kembali puing-puing situs cagar budaya Gampong Pande sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan Kesultanan Aceh Darussalam.”pungkas Illiza.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads