Untuk menghindari anak dan remaja terjerumus dalam aliran sesat yang dilarang, perlu peran penting orang tua untuk mengawasi anaknya. Orang tua tidak hanya mendidik intelektual pada anak, tetapi juga harus memperhatikan jasmaniah dan rohaniah.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh, Muharrir Asy’ari, di Banda Aceh, Senin (16/11), menanggapi penyebab munculnya beragam aliran sesat di Banda Aceh yang telah menyeret sejumlah generasi muda hingga ke ranah hukum.
“Orang tua dalam mendidik anak, bukan saja mencerdaskan intelektualnya, tapi juga rohaniah dan jasmaniah. Dalam hal rohaniah, yaitu harus mendidik keimanannya, agar bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara,” katanya
Dikatakannya, banyak orang tua sekarang kurang memperhatikan pendidikan agama bagi anaknya sehingga mudah terseret dalam aliran-aliran sesat yang berujung pada sanksi hukum.
Selain itu, faktor yang berpengaruh terhadap masuknya aliran sesat, yaitu pendidikan dan kontrol masyarakat. Dalam pendidikan formal di sekolah dan perkuliahan, katanya, lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk bagaimana membina anak didik maupun mahasiswa, untuk diarahkan kepada nilai-nilai keagamaan. Lembaga pendidikan bukan hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga karakter.
“Mendidik karakter itu penting karena selama 24 jam orientasi pendidikan itu terus berjalan. Anak itu terkontrol oleh guru-gurunya. Guru bukan hanya di kelas, tetapi juga menjadi guru di lingkungan masyarakat,” ujarnya.
Selanjutnya, peran masyarakat untuk melakukan kontrol sosial, sangat berpengaruh pada masuknya aliran sesat. Banyak terjadi, anak sekolah yang bolos untuk berkeliaran di jalan dan memainkan hal-hal yang kurang berguna, seperti game, merokok, dan sebagainya.
Menjadi tanggung jawab masyarakat untuk mengawasi generasi muda yang masih dalam usia pendidikan di sekolah, “Hendaknya masyarakat mengawasi betul-betul, jangan dibiarkan,” kata Muharrir.
Dikatakannya, yang terjadi sekarang, kontrol masyarakat terkesan begitu lemah. Masyarakat melepaskan diri dari kondisi sosial yang kurang mendidik yang dilakukan anak di lingkungan masyarakat.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, Daud Pakeh, mengatakan, aliran sesat muncul di tengah masyarakat akibat minimnya pengetahuan masyarakat tentang keagamaan.
Banyak orang tertentu yang bukan ulama lalu diangkat menjadi orang kharismatik dan dipercaya untuk memberikan pemahaman agama. Padahal, mungkin saja orang yang dipercayakan tersebut tidak mengetahui banyak tentang keagamaan.
“Minimnya pemahaman dan ilmu agama di masyarakat membuat mudah terjerumus dalam aliran sesat. Banyak orang tertentu yang bukan ulama diangkat menjadi orang kharismatik sehingga itu memiliki pengaruh,” katanya.
Selain itu, arus globalisasi yang semakin pesat juga memungkinkan masuknya aliran-aliran yang menyesatkan dan dilarang di Indonesia. “Sekarang banyak anak-anak kita membuka informasi dari internet. Banyak mengakses masalah agama di situs google. Padahal itu tidak semuanya benar,” ujarnya.(analisa)