Media massa menjadi harapan masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat disaat-saat terjadinya bencana. Pasalnya pemberitaan media jauh lebih bisa dipercaya dari pada informasi yang beredar melalui Black Berry Masanger (BBM), FB maupun Twitter.
Hal tersebut disampaikan Maimun Saleh, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh dan Ketua Tarmilin Usman, ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, pada forum diskusi organisasi pers Aceh terkait arah pemberitaan media pasca 10 tahun tsunami Aceh, di kantor PWI Aceh Rabu (05/11)
Maimun menyebutkan setiap wartawan harus memiliki pengetahuan tentang kebencanaan sehingga bisa melaporkan situasi secara akurat yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya korban bencana. Maimun menyebutkan bencana tsunami hanya salah satu dari potensi bencana di Aceh disamping potensi lainnya.
“Pemberitaan media seharusnya mengarah kepada aspek yang edukatif, misalnya bagaimana dengan kondisi alarm atau sirine tsunami, bagaimana dnegan proses simulasi yang seharusnya rutin dilakukan, lalu bagaimana dengan kurikulum kebencanaan yang dulunya sudah mau diterapkan”lanjutnya.
Sementara itu ketua PWI Aceh Tarmilin Usman mengatakan media massa pada umumnya justru membuat berita besar-besaran setelah terjadinya bencana, padahal menurutnya sebelum terjadinya bencana sudah banyak tanda-tanda alam yang bisa diberitakan sehingga masyarakat bisa mempersiapkan diri lebih dini.
Menurut Tarmilin, wartawan harus jeli melihat kondisi-kondisi yang terjadi di lapangan, “Karena masyarakat masi percaya dengan informasi yang disampaikan oleh wartawan dan media”ujarnya.