Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, meresmikan Gedung Pusat Onkologi, di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA), Senin (21/03/2022).
Dengan diresmikan gedung onkologi ini, kini RSUDZA mempunyai tempat khusus untuk menangani penyakit kanker.
Nova mengatakan, kanker menjadi salah satu penyakit kronis yang angka kasusnya terus meningkat di dunia, dan di Indonesia juga Prevalensi kanker mengalami peningkatan dari 1.4 per mil di tahun 2013 menjadi 1.8 per mil di tahun 2018.
Sementara Prevalensi kanker di Aceh mendekati rata-rata nasional yaitu 1.6 per mil.
“Kita di Aceh menginginkan adanya pengendalian dan sistem pelayanan kanker yang komprehensif, sehingga dapat menurunkan angka kematian akibat kanker,” kata Nova saat meresmikan Gedung Onkologi RSUDZA, Senin 21/03/2022.
“Pemerintah Aceh memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat.”ujarnya.
Atas dasar ini, Pemerintah Aceh mengambil kebijakan untuk membangun Pusat Onkologi di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Di mana Gedung Pusat Onkologi RSUDZA adalah salah satu gedung pelayanan publik yang termegah saat ini di lingkungan Pemerintah Aceh.
Nova berharap kemegahan itu harus diimbangi dengan peningkatan akses dan kualitas pelayanan serta sumber daya manusianya.
“Saya optimis, kombinasi antara kemegahan infrastruktur gedung, proses pelayanan yang prima, mudah dan cepat, serta kualitas sumber daya manusia yang tinggi akan menciptakan Pusat Onkologi di RSUD dr. Zainoel Abidin menjadi Pusat Onkologi Komprehensif yang terkemuka baik di tingkat regional, nasional maupun internasional,” ujar Nova.
Nova menyebutkan, dengan layanan Kesehatan yang terpadu, komprehensif dan paripurna, akan meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat Aceh.
Nova berpesan, agar semua pihak yang manfaatkan fasilitas itu, bisa menggunakannya dengan baik, sehingga masyarakat merasakan kenyamanan dan puas dengan layanan yang diberikan.
Sementara itu, Direktur RSUZA, dr. Isra Firmansyah, mengatakan tingginya kasus kanker dan pasien yang harus dirujuk ke luar Aceh, menjadi alasan mengapa pembangunan gedung onkologi tersebut sangat dibutuhkan. Ia mengatakan, penyakit kanker yang paling mendominasi di Aceh adalah kanker payudara, kemudian ovarium dan Limfoma NonHodgkin.
Pada umumnya, kata dr.Isra, banyak pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit yang punya fasilitas lebih lengkap seperti Rumah Sakit Dharmais dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di Jakarta dan Rumah Sakit Adam Malik di Medan.
“Butuh biaya besar untuk penanganan kanker. Satu siklus saja bisa mencapai Rp 3 sampai 11 juta. Begitu besar biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dan tentunya keluarga penderita,” kata dr. Isra.
Dr. Isra bersyukur dengan adanya unit onkologi di RSUDZA, mudah-mudahan pasien kanker bisa dirawat di Banda Aceh
“Otomatis akan mengurangi pembiayaan. Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Aceh, sehingga pusat pelayanan onkologi berdiri di Aceh.”
Selanjutnya, kata dr. Isra, ada beberapa fasilitas yang tersedia di Gedung Onkologi RSUDZA. Di antaranya meliputi ruang rawat inap, rawat jalan, kemoterapi, bedah, Radiologi Diagnostik, Patologi Anatomi dan berbagai fasilitas pengobatan kanker lainnya.
Gedung yang memiliki empat lantai itu juga memiliki 16 poliklinik onkologi, empat kamar operasi, ruang ICU, HCU, dan VIP.