Ketua DPRK Banda Aceh, Farid Nyak Umar, mengunjungi Rumoh Manuskrip Aceh milik kolektor Tarmizi A Hamid atau Cek Midi, di Gampong Ie Masen Kayee Adang, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Selasa (23/3/2021).
Dalam kesempatan itu Farid mengatakan, manuskrip merupakan khazanah keilmuan bangsa Aceh warisan masa lalu. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Aceh yang telah mengenal literasi dengan baik sejak tempo dulu.
Kedatangan Farid juga disambut oleh Tim Pelestarian Pusat Preservasi Naskah Kuno dan Alih Media dari Perpustakaan Nasional RI yang sedang melakukan teknik pelestarian manuskrip di Rumoh Manuskrip Aceh tersebut.
“Saya yakin manuskrip ini menyimpan banyak pengetahuan dan keilmuan yang sengaja ditulis untuk diwariskan dari generasi ke generasi,” kata Farid.
Farid menilai, pelestarian manuskrip sangat penting dilakukan agar naskah kuno itu terjaga dan terawat serta tidak rusak karena mengandung nilai-nilai sejarah yang sangat berharga. Namun, kata Farid, yang tak kalah penting lagi menurutnya, manuskrip itu mampu diterjemahkan dan dikaji sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bermanfaat bagi masyarakat Aceh. Hal ini karena manuskrip juga kaya akan khazanah ilmu pengetahuan.
“Saya juga yakin masih banyak lagi manuskrip di Aceh, baik yang disimpan secara pribadi ataupun dikoleksi yang dapat dimanfaatkan isi beserta kajiannya bagi kepentingan masyarakat Aceh,” ujarnya.
Untuk itu, Farid juga berharap kepada instansi terkait di Kota Banda Aceh seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Arsip dan Perpustakaan, para pakar, dan akademisi untuk memanfaatkan, mengumpulkan, dan menata serta mengkaji secara mendalam keberadaan manuskrip-manuskrip kuno tersebut.
DPRK Banda Aceh kata Farid, mengapresiasi inisiatif yang sudah dilakukan oleh Tarmizi A Hamid karena bersungguh-sungguh merawat dan melestarikan ratusan naskah kuno itu. Melalui manuskrip inilah masyarakat Aceh mengetahui jika indatu atau nenek moyangnya memiliki budaya dan peradaban yang tinggi.
“Kita cukup bangga dengan putra Aceh di Banda Aceh yaitu Cek Midi yang luar biasa memiliki semangat untuk merawat dan menjaga khazanah keilmuan masa lalu berupa manuskrip ini,” tuturnya.
Sementara itu, Tarmizi A Hamid mengatakan, usaha mengumpulkan manuskrip Aceh sudah dilakoninya sejak lama atas dasar panggilan jiwa, walaupun secara keilmuan dirinya berlatar belakang pendidikan agribisnis pertanian.
“Namun, di tengah jalan saya menarik diri dan fokus terhadap cagar budaya yang banyak terlantar di Aceh sampai sekarang,” kata Cek Midi.
Sementara itu, Keuchik Ie Masen Kayee Adang, Zulfikar, mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Cek Midi untuk mengumpulkan manuskrip Aceh yang memiliki nilai sangat tinggi sehingga generasi ke depan dapat mempelajarinya kembali.
“Kami berharap kepada pihak Dinas Arsip dan Perpustakaan Banda Aceh supaya dapat membangun museum di Gampong Ie Masen agar manuskrip yang terkumpul dapat dijaga dengan baik, sekaligus memelihara sebagaimana Cek Midi lakukan hari ini,” katanya.