Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Hingga 23 Desember 2020, ada 685.639 kasus positif dengan jumlah pasien sembuh 558.703 orang dan pasien meninggal 20.408 orang.
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan hal ini perlu menjadi perhatian. Menurutnya, peningkatan kasus aktif tak bisa ditoleransi.
“Hal ini menunjukkan bahwa tren peningkatan kasus aktif cepat terjadi. Ini adalah hal yang tidak dapat ditoleransi,” ujarnya dikutip dari covid.go.id, Kamis (24/12/2020).
Berdasarkan grafik data, kenaikan kasus aktif di Indonesia menunjukkan tren yang memburuk. Bahkan Wiku menyebut angka ini telah menembus lebih dari 100 ribu dalam waktu satu bulan, yaitu dari bulan November ke Desember 2020.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kenaikan kasus aktif dari kisaran 10 ribu hingga ke 30 ribu membutuhkan waktu 3 bulan (Mei-Juli). Selanjutnya, hanya dibutuhkan waktu 2 bulan untuk mencapai 60 ribu dari yang sebelumnya 30 ribu. Menurutnya, kenaikan kasus aktif semakin diperburuk dengan adanya penurunan kedisiplinan protokol kesehatan,
“Grafik kasus ini bukan hanya sekadar angka, namun merefleksikan jumlah nyawa manusia. Naik atau turunnya grafik ini ada di tangan kita semua. Setiap kenaikan grafik ini berpotensi menimbulkan kematian,” katanya.
Di samping itu, pada perkembangan tren kasus positif mingguan, terdapat peningkatan kasus sebesar 12,1% dibandingkan minggu sebelumnya. Pekan ini, kasus positif didominasi 5 provinsi penyumbang tertinggi kenaikan kasus, yakni DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.
“Mayoritas kelima provinsi ini, provinsi yang sama dengan provinsi penyumbang kasus tertinggi pekan lalu,” tegas Wiku.
Sementara itu, pada perkembangan kasus kematian mingguan, terdapat tren peningkatan sebesar 3,0%. Ada 5 provinsi kenaikan kematian tertinggi antara lain Jawa Tengah naik 35, Jawa Timur naik 35, DKI Jakarta naik 21, Sumatera Barat naik 17, dan Lampung naik 10. Selain itu, daerah dengan persentase kematian tertinggi berada di Jawa Timur 6,92%, Sumatera Selatan 5,29%, Nusa Tenggara Barat 5,14%, Lampung 4,50% dan Aceh 4,14%.
Adapun tingginya kematian pasien disebabkan penanganan fasilitas kesehatan yang belum memenuhi standar sehingga pasien tidak bisa ditangani dengan cepat dan efektif. Oleh karena itu, Wiku meminta agar provinsi tersebut segera evaluasi penangan pasien di fasilitas pelayanan kesehatannya.
“Lakukan penanganan yang maksimal, untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Ingat, satu nyawa yang hilang sangatlah berharga,” tegasnya.
Dibandingkan kasus positif dan kematian, perkembangan tren kesembuhan pekan ini terlihat baik. Pada tren kesembuhan kumulatif saat ini berangsur meningkat, yaitu sebesar 16,8%. Untuk persentase kesembuhan tertinggi berada di Gorontalo 94,57%, Papua Barat 90,83%, Kalimantan Selatan 90,36%, DKI Jakarta 90,06%, dan Riau 89,3%.
Meskipun demikian, Wiku tetap mengimbau agar tetap melakukan testing dan tracing dalam mencegah COVID-19.
“Walaupun demikian, jangan sampai lengah. Tetap optimalkan upaya pengendalian COVID-19 melalui testing dan tracing sehingga mereka yang positif dan kontak terdekatnya, dapat dideteksi lebih dini dan melalui treatment yang baik dapat meningkatkan peluang kesembuhan,” pungkasnya. detik
Masyarakat juga diimbau untuk selalu #ingatpesanibu untuk menerapkan 3M dengan #memakaimasker, #menjagajarak dan #mencucitangan secara rutin.
#satgascovid19#ingatpesanibu#ingatpesanibupakaimasker#ingatpesanibujagajarak#ingatpesanibucucitangan#pakaimasker#jagajarak#jagajarakhindarikerumunan#cucitangan*#cucitangandengansabun