Arab Saudi hari Rabu (26/2) menangguhkan pelaksanaan umrah dan mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah untuk sementara waktu, karena khawatir merebaknya wabah virus korona yang baru-baru ini meluas ke Timur Tengah.
Menurut cuitan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi di Twitter, visa turis warga dari negara-negara di mana virus korona sedang merebak, untuk sementara juga ditangguhkan.
Kebijakan penangguhan juga diberlakukan bagi mereka yang ingin bepergian dari dan menuju ke negara kerajaan itu dengan menggunakan kartu identitas nasional.
Meskipun demikian pengecualian diberikan kepada warga Arab Saudi yang kini sedang berada di luar negeri, yang ketika meninggalkan negara itu menggunakan kartu identitas nasional; demikian pula warga negara-negara Dewan Kerjasama Teluk yang masuk ke Arab Saudi dengan menggunakan kartu identitas nasional dan kini ingin kembali ke negara masing-masing.
Dihubungi melalui telepon, Duta Besar Indonesia Untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel mengatakan kebijakan itu hanya untuk “warga dari negara-negara yang suspect korona.” Namun ia akan memastikan informasi ini lebih jauh kepada Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, termasuk soal apakah Indonesia akan terkena dampak kebijakan ini.
Pengumuman negara kerajaan yang kaya minyak itu menyatakan penangguhan diberlakukan untuk “memberi perlindungan maksimal” pada warga yang tinggal di Arab Saudi serta jemaah dan wisatawan yang ingin mengunjungi negara itu. Kebijakan ini didasarkan pada rekomendasi pejabat-pejabat kesehatan yang menerapkan standar berjaga-jaga yang sangat tinggi dan langkah preventif pro-aktif guna mencegah merebaknya virus korona atau yang kini dikenal sebagai COVID-19.
Arab Saudi menggarisbawahi bahwa prosedur ini bersifat sementara dan akan dievaluasi oleh pihak berwenang.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga menyerukan kepada warga negaranya untuk tidak melakukan perjalanan ke negara-negara di mana wabah virus korona sedang meluas.
Hingga Rabu (26/2) sore sedikitnya 39 negara telah melaporkan terjadinya wabah virus korona. Lebih dari 81.000 orang di seluruh dunia terjangkit virus mematikan ini, termasuk 2.700 korban meninggal dunia. voaindonesia.com