Istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Dyah Erti Idawati, menyebutkan salah satu faktor terbesar bencana banjir tersebut disebabkan oleh maraknya penebangan pohon dan perusakan hutan yang telah terjadi sejak 20 tahun silam.
Dyah juga menyoalkan tentang selama ini tidak adanya keberadaan polisi hutan di area hutan di wilayah Agara.
Hal itu disampaikan Dyah pada rapat penanggulangan banjir bandang Aceh Tenggara (Agara) bersama Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) dan pemangku kepentingan lainnya.
“Kalau ada penebangan diusulkan adanya penghijauan kembali, penebangan ini tidak seluruhnya dilakukan oleh perusahaan tapi ada juga dari masyarakat,” ujar Dyah.
Setelah kunjungannya beberapa waktu lalu ke lokasi banjir bersama Kadis Sosial Aceh, Alhudri, Dyah berharap segera ada tahapan secara cepat oleh tiap pemangku kepentingan terkait untuk menyelesaikan persoalan banjir tersebut. Selain itu, Ia juga mengimbau agar masyarakat Agara yang berada di Banda Aceh supaya terdepan dalam memperhatikan penyelesaian masalah banjir.
Menanggapi laporan yang disampaikan oleh istri Plt Gubernur Aceh itu, beberapa SKPA yang bertanggung jawab dalam penanganan masalah banjir di Aceh Tenggara, memaparkan tindak lanjut yang akan segera dilakukan.
Menanggapi paparan dari tiap perwakilan SKPA, Dyah berharap niat baik yang akan segera dilaksanakan untuk penanggulangan banjir dapat menjawab segala keluh kesah yang disampaikan masyarakat kepada Pemerintah Aceh.