Saos telah menjadi salah satu produk utama dalam industri makanan dan minuman yang memberikan rasa dan kelezatan tambahan pada berbagai hidangan.
Salah satu produk saos lokal yang hadir meramaikan dunia persaosan dengan rasa pedas menyegarkan ialah ‘Capli’ saos ijo asal Aceh ini menjadi tren baru bagi pecinta kuliner dalam menikmati pedasnya cabai rawit.
Peluang yang diambil oleh Yuliana sebagai usahawati saos membawa keberkahan tidak hanya untuk pekerja karena membuka lapangan kerja baru tapi juga bagi petani cabai di Aceh terutama Gayo Lues.
“Konsumsi cabai rawit segar di masyarakat tinggi dan 30 persennya adalah industri, sangat sayang jika tidak memanfaatkan peluang ini” ucap Yuliana, pendiri sekaligus pemilik merk Capli.
Setiap botol saos Capli yang ada di rak supermarket memiliki cerita dan proses ekonomi yang menarik di baliknya. Berikut beberapa fakta menarik dari saos Capli ini.
Berawal dari Kegelisahan Petani
Tahun 2017, saat masih menjadi surveyer untuk BI, Yuliana kerap menemukan permasalahan di tingkat petani cabai adalah harga. Petani di dataran tinggi Gayo, Aceh, mengeluhkan harga cabai rendah saat itu, belum lagi cabai yang membusuk jika tidak laku di pasar.
Berangkat dari itu, Yuliana berinisiatif membantu petani dengan mencari solusi atas masalah tersebut, tapi bagaimana? Peluang menjadikannya olahan jadi, “Saos dan merk lokal yang ada juga masih sedikit” ujar Yuli, sapaan akrabnya.
Nekad, dengan modal terbatas
Setelah melalui proses yang panjang, mulai dari riset pasar dan uji coba resep. Akhir 2018 Yuliana dan pasangan yakin dengan tekad bulat mereka untuk memulai usaha tersebut dengan modal awal sebesar 500 ribu dan ‘Capli’ adalah nama brand tersebut.
“Caplie sendiri dalam bahasa Aceh berarti cabai, tapi Capli di merk kita itu adalah cabai pilihan” ungkapnya. Cabai terbaik yang berasal dari dataran Gayo.
Aman dan Sehat tanpa Pengawet buatan
Fakta menarik berikutnya, saos ijo Capli lebih sehat karena tidak menggunakan pengawet sintesis (buatan) tapi menggunakan pengawet alami yang berasal dan hanya ada di Aceh, “Asam sunti, dari belimbing wuluh yang dikeringkan, sekaligus sebagai pengawet alami” jelasnya.
Berperan sebagai pengental dan menambah cita rasa pedas segar dalam saos, “tetap aman dan sehat dikonsumsi, dan masa simpan kita selama satu tahun” terang Yuli.
Legalitas Lengkap
Tak dipungkiri, pertumbuhan usaha kecil dan menegah terus mengalami peningkatan setiap tahun namun yang berguguran juga banyak. Tantangan usaha makanan dan minuman di masa sekarang adalah legalitas produksi mulai dari perizinan produksi, kehalalan hingga kelayakan konsumsi dari bidang kesehatan.
Menyadari pentingnya aspek tersebut dalam bisnis yang sedang dirintis, Yuliana mengutamakan dan menjadi keharusan memiliki kelengkapan legalitas itu. Selain untuk menjaga kualitas dan mudah dalam melakukan produksi juga akan meningkatakan kepercayaan pelanggan pada merk Capli, “Tentu dengan lengkap legalitas kita banyak nilai plusnya dan konsumen lebih percaya pada produk kita” sebut Yuli.
Finalis Talenta Wirausaha BSI 2022
Usaha keras Yuliana dan pasangan membangun brand Capli membawa kemajuan pada tahun 2022, Capli Saos Ijo berhasil meraih juara tiga dalam kompetisi Talenta Wirausaha Bank Syariah Indonesia (BSI) 2022.
Merk Capli menjadi Salah satu UMKM yang menjadi binaan BSI. Yuliana mengaku merasakan dampak dari binaan tersebut. Kemitraan mereka memberikan akses (kesempatan) untuk mengembangkan produk mereka melalui pendanaan dan membuat Capli Sambal Ijo lebih dikenal masyarakat luas, yang menghasilkan peningkatan pemasaran.
Sebagai bentuk dukungan nyata, pada 29 Desember 2021 lalu, BSI juga meluncurkan BSI UMKM Center di Provinsi Aceh yang berlokasi Jalan Jenderal Sudirman I, Nomor 12, Gampong Lamtemen Timur, Kec. Jaya Baru, Kota Banda Aceh.
Nah itu dia, fakta menarik dari saos ijoe Capli, UMKM sektor makanan dan minuman yang terus tumbuh dengan peminat semakin luas dan telah dipasarkan tidak hanya di Aceh tapi juga ke beberapa provinsi lain di Sumatera dan Jawa. (NA)