Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh Abrar Zym bertindak sebagai khatib wukuf di Arafah.
Sementara selama kegiatan di Arafah sejak keberangkatan dari hotel pada Kamis 8 Zulhijjah keadaan jamaah relatif stabil, akomodasi rapi dan teratur konsumsi memadai dan seluruh JCH dalam keadaan sehat.
Dalam Khutbah Wukuf, Prof Mohammad Mukri, Ketua PBNU/ Delegasi Amirul Hajj Musim Haji 1443 H/ 2022 M, yang disampaikan oleh H. Abrar Zym, S Ag MH, mengutip Q.S. At Taubah :3 tentang keutamaan Haji Akbar.
“Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kpd umat manusia pd hari Haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang² musyrik.(Q.S. At-Taubah, Ayat 3)
“Inilah ayat Al Quran yg menyebutkan langsung Istilah Haji Akbar, Haji Akbar yg jatuh pada Hari jumat pernah dialami oleh Rasulullah SAW pada tahun ke 9 H,” lanjut mantan Kakankemenag Aceh Besar itu.
Haji Akbar kata dia memiliki keistimewaan dan kelebihan dibanding musim haji lainnya seperti disebutkan Dalam Kitab Mughni al-Muhtaj Jilid 1 hal. 497. Ada beberapa keistimewaan haji akbar menurut ulama kalangan syafi’iyyah: “Ulama kalangan Syafiiyyah mengatakan: dikatakan, jika hari Arafah jatuh pada hari Jumat, maka seluruh yang berkumpul di padang Arafah akan langsung mendapat ampunan dari Allah tanpa perantara”.
Pada kesempatan itu Abrar juga mengajak JCH untuk merenungkan perjalanan kehidupan kita sekaligus mengambil ibrah sebagai modal menghadapi masa depan.
“Mari kita bermuhasabah, bahwa kehadiran kita ke Tanah Suci ini berasal dari arah yang berbeda-beda. Kita disatukan oleh Allah swt dalam keragaman bangsa, suku, budaya, bahasa, dan banyak perbedaan-perbedaan lainnya yg merupakan sunnatullah”.
Lanjut Abrar bahwa kita disatukan dalam Islam rahmatan lil alamin, melalui tuntunan syariat menjalankan kewajiban haji di Tanah Suci. Dengan hal ini kita diingatkan betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah wathaniah. Janganlah kita bercerai berai.
Selain itu lanjut Abrar dalam momentum haji ini, kita diingatkan untuk menanggalkan ke-aku-an kita, mari mengagungkan Allah yang merupakan dzat paling berhak dalam kehidupan. Kita hadir hanya dengan memakai dua helai kain putih yang menjadi simbol ketidakmampuan dan kepasrahan kepada Allah. Pakaian ihram yang kita pakai ini menunjukkan bahwa kita semua sama di hadapan Allah swt.
“Bukan jabatan, bukan harta, dan bukan kelebihan fisik yang pantas untuk dibanggakan dihadapan Allah karena yang menjadi barometernya, tidak ada yang paling hebat diantara suku dan bangsa itu, kecuali orang yg taqwa”, ujarnya.