Ketua Dewan Perwakilan Kota (DPRK) Banda Aceh, Farid Nyak Umar tinjau pembuatan hand sanitizer di Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK SMTI) di Jalan Tgk Di Blang, Gampong Mulia, Banda Aceh.
Tinjauan Ketua DPRK didampingi Wakil Ketu, Isnaini Husna dan rombongan, pada pukul 10.30 Wib itu disambut langsung Kepala SMK SMTI Banda Aceh, Hariyanto, Kamis (19/03/2020).
Pada kesempatan itu Ketua DPRK Farid Nyak Umar menyampaikan kunjungan hari ini untuk merespon kebutuhan masyarakat terhadap antisipasi bersama penyebaran covid-19 di Banda Aceh. Kunjungan ini juga sebagai respon cepat kami setelah kemarin (Rabu, red) mereka bertemu beraudiensi dengan kami di DPRK.
Hal ini sebagaimana imbauan oleh pemerintah kepada masyarakat untuk membudayakan hidup bersih. Salah satunya menjaga tangan selalu bersih atau mencuci tangan dengan hand sanitizen.
Namun fakta di lapangan hand sanitizen sangat langka di lapangan, begitu juga di tempat – tempat pelayanan publik sangat langka, begitu juga di suwalayah sudah kosong.
Ketika kemudian ada informasi bahwa SMK SMTI memiliki kemampuan, SDM, lokal untuk memproduksi hand sanitizer ini dan mereka memiliki semangat bagaimana membantu kebutuhan hand sanitizer di Banda Aceh. Kemudian ada juga investor yang menyuplai bahan baku untuk memproduksi lebih banyak.
“Makanya hari ini kita ingin melihat bagaimana kemampuan kompetensi dari adek –adek kita ini,” kata Farid Nyak Umar.
Menurut Farid setelah melakukan tinjauan mereka mampu memproduksi lebih banyak. karena itu ia berharap ini bisa berlanjut. sehingga SMK SMTI dengan investor bisa berkolaborasi membantu kota Banda Aceh untuk menyediakan hand sanitizer ini.
“Kami juga meminta kepada pemerintah Kota Banda Aceh untuk memudahkan proses pembuatan izin untuk kemudian bisa diproduksi dan bisa segera dimanfaatkan,” tuturnya.
Sementara Kepala SMK SMTI Hariyanto menyampaikan pembuatan ini murni untuk sosial karena selama ini hand sanitizer mulai langka di pasaran, karena itu pihaknya berinisiatif memproduksi untuk kemudian dibagikan ke masyarakat.
“Ini murni untuk sosial dalam situasi seperti ini, hanya saja bahan baku yang sudah kurang kecuali di ekpor, karena ini tangjungjawab bersama yang perlu dipikirkan bersama – sama,” kata Hariyanto.