Ketua Forum Bersama Anggota DPR dan DPD RI Asal Aceh M. Nasir Djamil, berharap agar Pemerintah Aceh menaruh perhatian serius untuk merawat Monumen Islam Asia Tenggara (Monisa) yang terletak di Gampong Paya Meuligo, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur, Karena selama ini, kondisi situs budaya & akses menuju ke lokasi Monisa tersebut memprihatinkan.
Hal itu disampaikan Nasir Djamil dalam acara Seminar Nasional yang bertemakan Aceh Pusat Peradaban Islam Terawal Di Asia Tenggara, yang berlangsung di Aula Pasca Sarjana UIN Ar Raniry Banda Aceh, Senin (17/2/2020).
Menurut anggota Komisi Hukum & HAM DPR ini, Monisa yang diresmikan oleh Ali Hasjmy itu merupakan bangunan penting sebagai bukti & tonggak sejarah masuknya Islam pertama kali di Asia Tenggara.
“Monisa itu tonggak sejarah Kesultanan Peureulak sebagai daerah yang menjadi muasal masuknnya Islam ke Nusantara. Seharusnya itu bisa terawat dan dipugar secara berkala, sehingga bangunan itu akan menjadi bukti kebanggaan kita masyarakat Aceh sebagai wilayah pintu masuk Islam ke Asia Tenggara,” Ujar Nasir Djamil dalam sambutannya.
Selanjutnya Nasir menegaskan, bahwa sangat penting adanya upaya-upaya serius dari pemerintah untuk merawat situs Monisa tersebut, karena bukti sejarah itu harus ditunjukkan ke masyarakat luas termasuk komunitas Internasional bahwa Agama Islam memang masuk ke Asia Tenggara melalui wilayah Aceh, bukan Daerah Barus seperti yang pernah di resmikan Tugunya oleh Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
“Penting sekali masyarakat luas juga termasuk masyarakat Internasional harus tahu bahwa Islam masuk ke Asia Tenggara melalui wilayah Aceh. Maka bangunan-bangunan seperti Monisa itu dan berbagai makam-makam di sekelilingnya harus dirawat dan diperhatikan dengan baik agar ia tetap menjadi bukti sejarah yang otentik.” tegas Nasir.
Lebih lanjut terkait tidak adanya dokumentasi yang jelas yang seharusnya itu bisa mendeskripsikan keberadaan situs-situs sejarah di Monisa tersebut, Politisi PKS asal Aceh ini berharap agar Pemerintah Aceh melalui Dinas & lembaga terkait agar berupaya untuk membuat dokumen-dokumen itu, agar siapapun yang berkunjung kesitu, serta juga masyarakat luas bisa memahami dan bisa mengkaji keberadaan dari situs-situs sejarah itu.
“Kita berharap situs itu ada dokumen jelas yang bisa mendeskripsikan asal usul dan keberadaan peninggalan sejarah di Monisa itu. Sehingga siapapun yang berkunjung kesana serta juga masyarakat luas, bisa memahami dan punya rasa kebanggaan & rasa memiliki. Jadi nantinya masyarakat kita juga tidak ahistoris terhadap perjalanan peradaban bangsanya sendiri,” Pungkas Nasir