Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, mengapresiasi dan mendukung penuh segala upaya yang telah dilakukan Pemerintah Aceh, terkait penanganan Mahasiswa Aceh di Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok.
Dukungan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua DPRA Hendra Budian, saat melakukan kunjungan ke Posko Informasi Warga Aceh di Wuhan, di Dinas Sosial Aceh. Rombongan DPRA disambut langsung oleh Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri selaku Koordinator Posko, didampingi Juru Bicara Pemerintah Aceh Saifullah Abdulgani dan Penasehat Khusus Gubernur Aceh Fauzan Azima, Jum’at (31/1/2020)
“Full Support, dukungan penuh dari kami di DPRA terhadap kerja-kerja Pemeritah Aceh, terkait pananganan dan perhatian Pemerintah Aceh dalam melindungi adik-adik kita yang saat ini berada di Wuhan. Apresiasi yang tinggi juga kami sampaikan kepada seluruh jajaran Pemerintah Aceh atas segala upaya dan respon cepat yang telah dilakukan selama ini,” ujar Hendra.
Dalam kesempatan tersebut, Hendra menegaskan, bahwa kehadiran mereka ke Posko ini adalah bentuk dukungan terhadap kerja cepat Pemerintah Aceh.
“Semua terkoordinasi dan terdata dengan baik. Dukungan Pemerintah Aceh kepada mahasiswa di Wuhan dan di Tiongkok secara umum juga sangat baik. Penanganan mahasiswa dari Wuhan dan Tiongkok yang sudah tiba di Aceh juga sangat terkoordinasi dengan baik. Sekali lagi kami apresiasi langkah Pemerintah Aceh ini,” kata Hendra Budian.
Hendra juga mengapresiasi kerjasama awak media yang telah memberitakan segala hal yang berkaitan dengan masyyarakat Aceh di Wuhan.
“Teman-teman wartawan juga sangat membantu Pemerintah dengan berita-berita yang disampaikan di media masing-masing. Sosialisasi terhadap penanganan dan pencegahan terkait virus corona menjadi tersebar dan tersampaikan dnegan jelas kepada masyarakat.”
Dalam pertemuan tersebut, Alhudri juga menjelaskan, saat ini jumlah masyarakat Aceh yang berada Tiongkok sebanyak 64 orang, dari jumlah tersebut 13 diantaranya berada di kawasan yang saat ini diisolasi oleh otoritas Tiongkok, yaitu Wuhan Provinsi Hubei.
“Ini adalah data terbaru, sebelumnya kita hanya mendapati 62 orang masyarakat Aceh di Tiongkok. Namun, dengan penelusuran yang terus kita lakukan hingga saat ini, jumlahnya bertambah menjadi 64. Bertambah dua lagi, yaitu 1 orang di Tiongkok dan 1 orang lagi di Wuhan. Dan yang 1 orang di Wuhan ini juga sudah bergabung dengan 12 orang lainnya,” kata Alhudri.
Alhudri menegaskan, hingga saat ini tim Pemerintah Aceh terus berkoordinasi dengan semua pihak, baik di kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tiongkok dan otoritas di Tiongkok untuk mengetahui jika ada masyarakat Aceh lainnya di Tiongkok yang belum terdeteksi.
“64 orang tersebut semuanya pelajar dan mahasiswa. Saat ini kita terus berkoordinasi dengan semua pihak terkait, baik Kemenlu, KBRI dan otoritas di Tiongko untuk mendeteksi kemungkinan keberadaan masyarakat Aceh lainnya disana. Perlu juga kami sampaikan, bahwa hingga saat ini, Alhamdulillah tidak ada WNI, termasuk warga Aceh yang suspect coronavirus,” sambung Alhudri.
Alhudri menambahkan, berdasarkan informasi dari Yudha Nugraha Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kemenlu RI, sejak kemarin Pemerintah Indonesia telah menyiagakan 2 unit pesawat Airbus dan 1 unit pesawat Hercules untuk menjemput WNI di Tiongkok.
“Kapan keberangkatan ke Tiongkok kita belum bisa pastikan karena masih menunggu konfirmasi dari otoritas di sana. Nantinya, 13 pelajar di Wuhan menjadi kewenangan Jakarta. Sedangkan yang di luar Wuhan akan langsung kita pulangkan ke Aceh. Seluruh biaya kepulangan mahasiswa akan ditanggung oleh Pemerintah Aceh,” tegas Alhudri.
Kadinsos ajak Anggota DPRA Semangati Mahasiswa di Wuhan via Panggilan Video
Dalam kesempatan tersebut, Kadinsos Aceh Alhudri, mengajak Pimpinan DPRA dan sejumlah anggota yang berkunjung ke posko, untuk melakukan panggilan video ke mahasiwa Aceh di Wuhan, sebagai bentuk dukungan dan memberi semangat kepada mereka.
“Bersama teman-teman dari DPRA, kita ingin memberikan dukungan moril kepada adik-adik di Wuhan. Kita berharap mereka mengetahui, bahwa semua pihak di Aceh, baik eksekutif maupun legislatif sangat memberikan perhatian serius kepada mereka. Dengan demikian, secara psikologis mereka jadi lebih bersemangat dan tidak drop karena seluruh rakyat Aceh selalu memantau kondisi mereka,” ujar Alhudri.
“Kiban kondisi adik-adik mandum bereh kan semangat kan? (Bagaimana kondisi adik-adik semua, sehat-sehat kan? Tetap semangat kan?)” sapa Alhudri memulai.
“Alhamdulillah, sehat mandum pak dan tetap semangat,” (Alhamdulillah, semua sehat dan tetap semangat Pak)” jawab Alfi Rian di ujung telepon.
Selanjutnya, secara bergantian Wakil Ketua DPRA dan para anggota memberikan dukungan dan menyemangati para mahasiswa Aceh yang berada di Wuhan.
Di akhir percakapan, Alfi Rian menyampaikan terima kasih atas perhatian semua pihak di Aceh terhadap kondisi mereka saat ini di Wuhan.
“Kami sangat berterima kasih dengan Pemerintah Aceh, DPRA dan seluruh masyarakat Aceh yang telah memberi dukungan dalam berbagai bentuk. Hal ini sangat membangkitkan semangat kami di sini,” tutup Alfi.
Kadinkes Aceh: jangan Panik dan Biasakan Pola Hidup Sehat
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh M Hanif, mengimbau agar masyarakat Aceh tidak panik berlebihan dalam merespon isu coronavirus. Hanif berpesan agar masyarakat terus membiasakan pola hidup bersih dan sehat.
“Corona virus mirip dengan Sars, Mers dan Flu Burung. Namun tingkat keganasannya jauh di bawah Flu Burung. Pada kasus flu burung lebih dari 50 persen orang yang suspect mennggal dunia. Sedangkan coronavirus, saat ini terjadi 6.069 kasus suspect, dan yang meninggal masih di bawah 200 orang. Meski demikian, upaya sosialisasi dan pencegahan coronavirus kita lakukan dengan serius, termasuk mensosialisasikan budaya hidup bersih dan sehat,” ujar Hanif.
Hanif menambahkan, sesuai dengan instruksi Plt Gubernur Aceh, upaya pencegahan agar tidak ada warga Aceh yang suspect coronavirus terus dilakukan. “Selama ini kita rutin berkoordinasi dengan pemangku kebijakan terkait, untuk mengambil langkah-langkah yang harus dilakukan bagi upaya-upaya pencegahan coronavirus di Aceh.”
Untuk upaya pencegahan, sambung Hanif, saat ini di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda sudah dilengkapi alat pendeteksi suhu tubuh. Jika ada penumpang yang bersuhu tubuh 38 derajat celcius, maka alat akan langsung memberi tanda.
“Jika terdeteksi suhu tubuh penumpang di atas 38 derajat, maka akan kita panggil dan mewawancarai penumpang tersebut di ruangan khusus. Namun, hingga hari ini belum ada satupun penumpang pesawat di Bandara SIM yang bersuhu tubuh 38 derajat,” ungkap Hanif
Hanif menambahkan, untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang suspect coronavirus, saat ini hanya bisa dilakukan di Jakarta.
“Di Aceh, kita melakukan penanganan sesuai dengan gejala-gejala umum, jika mengarah ke gejala suspect corona, maka akan kita isolasi, ambil sampel lendir tenggorokan dan kirim ke Jakarta untuk penanganan lebih lanjut.”
Hanif menjelaskan, saat ini seluruh rumah sakit di Aceh belum memiliki Alat Pelindung Diri (APD). Pemerintah Aceh sudah memesan alat APD sesuai standar tersebut dan akan tiba hari ini. Untuk upaya antisipasi, RSUZA sudah menyiagakan APD standar operasi pasien HIV/Aids.
“APD penanganan corona sudah kita pesan, hari ini akan tiba sebanyak seratus unit, lengkap mulai dari kepala hingga kaki. Nantinya akan kita siagakan di RSUZA, RS Cut Meutia Aceh Utara dan di bandara, tapi hanya digunakan jika ada yang suspect,” pungkas Hanif.