Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat pertumbuhan ekonomi Aceh sebesar 3,88 persen pada Triwulan I tahun 2019 terhadap Triwulan I tahun 2018 atau year on year.
Pertumbuhan 3, 88 persen terjadi baik dengan migas maupun tanpa migas. Meskipun demikian, menurut BPS pertumbuhan ekonomi Aceh jauh dibawah rata-rata nasional yang tumbuh 5,07 persen, maupun rata-rata Sumatera yang tumbuh 4,55 persen.
Hal demikian dipaparkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Wahyuddin pada konferensi Pers, Senin (06/05).
Wahyuddin menjelaskan, dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa keuangan sebesar 11,99 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi ada pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 54,41 persen.
“Kalau kita melihat secara wilayah Sumatera, maka pertumbuhan tertinggi terjadi di Sumsel sebesar 5,68 persen dan terendah di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 2,79 persen. Dan Aceh berada pada ketiga terendah di Sumatera yaitu 3, 88 persen,” ujarnya.
Selain itu kata wahyuddin, pertumbuhan ekonomi Aceh secara triwulanan atau q to q triwulan I tahun 2019 terhadap triwulan IV tahun 2018, ekonomi Aceh justru mengalami penurunan sebesar 2,67 persen dengan migas, dan juga mengalami penurunan sebesar 3,45 persen tanpa migas.
“penurunan ini terjadi terkait realisasi anggaran APBA yang awal tahun belummencapai 6 persen, PMTB turun 10,62 persen, dan ekspor luar negeri juga turun 9,70 persen,” lanjutnya.
Pada kesempatan itu Wahyuddin juga memaparkan sejumlah fenomena ekonomi Aceh Triwulan I tahun 2019 yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti jumlah kunjungan wisatawan mancanegara masih menurun, harga sawit dan CPO masih rendah, inflasi Aceh year on year sebesar 1,82 persen, kelangkaan semen diawal tahun dan faktor Pemilu 2019.