Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengungkapkan, struktur perekonomian Aceh masih didominasi tiga sektor utama, yaitu sektor pertanian 29,63 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 16,28 persen, serta sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 9,99 persen.
Secara makro, katanya, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) cukup tinggi, namun secara mikro ada persoalan yang sangat fundamental menyangkut kesejahteraan petani.
“Pendapatan petani kita relatif lebih rendah dibandingkan pendapatan penduduk di sektor industri, pengolahan maupun jasa. Hal ini dikarenakan para petani secara umum melakukan usaha tani hanya sebatas on-farm saja, sedangkan off-farm banyak dilakukan oleh pelaku industri,” ujar Nova Iriansyah.
Hal itu disampaikannnya saat membuka acara Jambore Penyuluh Pertanian ke-2 Aceh Tahun 2018 yang digelar di halaman Gedung Olahraga dan Seni (GOS) Meulaboh, Aceh Barat, Minggu (4/11) pagi.
Acara yang diikuti sekitar 3.000 penyuluh dari seluruh Aceh tersebut dihadiri pejabat pusat seperti Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Momon Rusmono MS, Ketua Umum Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI) yang juga Gubernur Kalimantan Timur, Dr. Isran Noor, dan Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pusat, Winarno Tohir.
Selain itu, juga hadir Bupati Aceh Barat, Ramli MS, Bupati Aceh Barat Daya, Akmal Ibrahim, Bupati Pidie, Roni Ahmad, Wakil Ketua DPRA, Sulaiman Abda, Asisten II Setda Aceh, dr Taqwallah M.Kes, dan Kepala SKPA terkait.
Plt. Gubernur menambahkan, sejalan dengan hal tersebut, Program Aceh Meugoe dan Aceh Troe harus mampu dimaknai oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh melalui peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perkebunan, dengan mengelola sumberdaya alam dan sumber daya manusia melalui intensifikasi dan ektensifikasi dengan menggunakan inovasi teknologi dan mekanisasi.
“Dalam kaitan ini, saya minta Dinas Pertanian dan Perkebunan, agar dapat meningkatkan Produksi Pertanian, terutama padi, dari capaian produksi tahun 2017 sebesar 2,4 juta ton gabah kering panen (GKP), menjadi 2,5 juta ton pada tahun 2018, serta 2,6 huta ton target capaian tahun 2019. Aceh harus mandiri benih padi tahun 2019 dan surplus pada tahun 2020,” kata Nova.
Selain itu, disampaikan juga pada tahun 2017, realisasi pencapaian produksi padi Aceh mencapai 2,49 juta ton, meningkat dari tahun 2016 sebesar 13,13 persen (289.621 ton). Produksi jagung sebesar 22,37 persen (70.826 ton) dan kedelai terjadi penurunan sebesar 68,37 persen (15.252 ton).
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Aceh pada tahun 2017 mencapai 4,19 perse , masih di bawah pertumbuhan nasional 5,23 persen. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2017 mencapai Rp146,48 triliun atau meningkat 6,69 persrn dari PDRB ADHB tahun 2016 sebesar Rp137,30 triliun, dengan PDRB per kapita tahun 2017 mencapai Rp28,23 juta.
Sampaikan penghargaan
“Adapun kontribusi PDRB Provinsi Aceh pada tahun 2017 terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional mencapai 1,06 persen yang merupakan posisi 19 setelah Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 1,15 persen,” kata Nova.
Keberhasilan yang dicapai oleh para petani dalam peningkatan produksi, dinilainya tidak terlepas dari kerja keras penyuluh pertanian dalam melakukan pengawalan dan pendampingan kepada para petani.
“Untuk itu, pada kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada para penyuluh pertanian, baik PNS, THL-TB, Penyuluh Pertanian Swadaya, Petugas Pertanian lainnya serta Pimpinan Balai Penyuluhan Kecamatan, yang telah melaksanakan peran yang strategis dalam kegiatan penyuluhan melalui pendampingan bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani dan kelembagaan ekonomi petani,” tambahnya.
Nova berpesan kepada para penyuluh pertanian, agar jangan hanya terpaku pada peningkatan produksi. Penyuluh pertanian masih dituntut untuk meningkatkan perannya dalam mengembangkan dan memberdayakan para petani, meningkatkan akses sosial yang dapat memberikan informasi pasar dan teknologi, dan dapat menghasilkan produk yang bermutu serta mampu mengembangkan diri untuk menjadi pengelola usaha agribisnis yang handal dan mandiri.
“Saya berharap, melalui Jambore Penyuluh Pertanian ini, semangat dan upaya mewujudkan hal itu dapat segera direalisasikan,” harapnya. Analisa