Untuk membangun perekonomian Aceh dengan segala tantangan yang sedang dan akan dihadapi kedepannya tidaklah mudah.
Oleh karena itu, koordinasi, kolaborasi, dan sinergisitas dari berbagai pemangku kepentingan di Aceh merupakan suatu keniscayaan. Eksekutif, legislatif, otoritas, TNI/Polri, ulama, pengusaha, akademisi, asosiasi serta stakeholder Aceh lainnya memiliki peranannya masing-masing.
Hal demikian disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Z. Arifin Lubis pada kegiatan silaturrahim dan diskusi bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Aceh, di gedung Kantor Perwakilan BI Provinsi Aceh.
Arifin mengakui, pihak Bank Indonesia senantiasa berupaya membangun komunikasi yang baik, koordinasi yang intensif, serta kolaborasi sinergis bersama berbagai stakeholder di Aceh. Bank Indonesia kata dia, memandang sinergi kebijakan dan koordinasi antara stakeholders Aceh merupakan kunci mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh.
Pada kesempatan itu, Z. Arifin Lubis juga memaparkan potensi dan kondisi ekonomi Aceh. Berbagai potensi yang dimiliki Aceh seperti kekayaan sumber daya alamnya, sumber pembiayaan melalui APBA, dan kekhususan dalam Syariat Islam, belum dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk kesejahteraan masyarakat Aceh.
“Tingkat pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi, rendahnya produktivitas sehingga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap daerah lain, kontribusi dalam halal industry yang masih kecil, serta masih tingginya porsi pembiayaan Bank Syariah untuk konsumsi, merupakan permasalahan yang masih dihadapi ditengah-tengah potensi yang dimiliki Aceh,” ujar dia lagi.
Arifin mengakui tidak mudah menuntaskan semua persoalan yang dihadapi Aceh saat ini, namun dengan koordinasi dan kerjasama yang baik semua stakeholder, satu persatu masalah dapat diuraikan melalui solusi yang tepat dan cepat.
Akademisi UIN Ar-Raniry Prof. Syahrizal Abbas pada kesempatan itu juga mengemukakan pentingnya diskusi seperti yang diinisiasi oleh BI Acceh, karena dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran positif yang dapat menjadi referensi para pengambil kebijakan.