Nilam Aceh merupakan salah satu nilam terbaik dunia yang dapat menghasilkan minyak atsiri bermutu tinggi dengan kandungan patchouli alkohol di atas 30%.
Ekspor nilam Aceh yang sempat jaya di masa lampau, saat ini lesu. Padahal ketika masa jayanya, ekspor nilam mencapai 70% dari total ekspor Indonesia yang merupakan pemasok terbesar minyak nilam dunia.
Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi Pemerintah Daerah dan instansi terkait untuk kembali meningkatkan ekspor nilam Aceh, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal itu berkembang dalam Focus Group Discussion (FGD) pengembangan klaster inovasi nilam di Kabupaten Aceh Jaya yang dilakukan pada 7 September 2018 di Aula Kantor Bupati Aceh Jaya.
FGD tersebut dipimpin oleh Bupati Aceh Jaya, T. Irfan TB dan melibatkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Z. Arifin Lubis, Sekretaris Daerah Aceh Jaya, Kasubdit Kemitraan Strategis dan Wahana Inovasi Kemenristekdikti, Direktur Atsiri Research Center (ARC) Unsyiah, Kepala Bidang Litbang Bappeda Aceh, Kepala SKPK terkait, pimpinan PT Haldin Pacific Semesta (industri nilam berskala nasional), Koperasi Industri Nilam Aceh/KINA (koperasi petani nilam), serta beberapa tokoh masyarakat.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Z. Arifin Lubis menjelaskan, sesuai Undang-Undang, Bank Indonesia memiliki tujuan menjaga stabilitas nilai mata uang rupiah, baik terhadap barang yang tercermin dari angka inflasi, maupun terhadap mata uang negara lain yang tercermin dari nilai tukar/kurs.
Dalam mencapai tujuan tersebut, kata dia, Bank Indonesia juga memiliki program pengembangan UMKM, antara lain melalui pembentukan berbagai klaster binaan di seluruh Indonesia, meliputi klaster ketahanan pangan (khususnya komoditas penyumbang utama inflasi daerah) dan klaster komoditas unggulan daerah (khususnya yang berorientasi ekspor). Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan penelitian
Komoditas/Produk/Jasa Unggulan yang hasilnya sudah diserahkan kepada Pemda untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan pengembangan perekonomian daerah. Selaras dengan program pengembangan UMKM, Bank Indonesia juga memiliki Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) yang salah satu ruang lingkupnya yaitu untuk pengembangan kapasitas ekonomi masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia kata Arifin juga tertarik untuk bersinergi bersama Pemkab Aceh Jaya, akademisi, pelaku usaha, dan petani nilam untuk mengembangkan klaster inovasi nilam yang termasuk sebagai komoditas unggulan daerah.
“Bank Indonesia menganggap FGD hari ini sebagai langkah awal yang strategis untuk menjalin sinergi program antar pihak terkait untuk kembali mengembalikan kejayaan nilam Aceh. Diharapkan, bila upaya pengembangan klaster inovasi nilam di Aceh berhasil, dapat menjadi percontohan dan direplikasi di berbagai daerah lainnya di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu PT Haldin Pacific Semesta selaku industri nilam berskala nasional berharap dengan dibentuknya klaster inovasi nilam dapat menciptakan kestabilan harga dan pasokan untuk memenuhi permintaan pelanggan secara berkesinambungan. PT Haldin Pacific Semesta siap menampung hasil produksi petani nilam Aceh dengan harga dan spesifikasi yang telah disepakati bersama.
Sementara itu Bupati Aceh Jaya T Irfan menyampaikan bahwa program klaster inovasi nilam ini akan sangat membantu para petani nilam yang sudah sejak lama mengharapkan nilam bisa bangkit menjadi pilar kekuatan ekonomi bagi para petani nilam. Pemkab Aceh Jaya mendukung penuh pengembangan klaster inovasi nilam tersebut, baik dengan pengalokasian lahan maupun program-program yang dapat mengakselerasi pengembangan klaster tersebut.
Sebagai rangkaian kegiatan FGD, dilakukan seremonial penanaman bibit perdana di lahan pertanian nilam milik kelompok tani binaan yang tergabung dalam klaster inovasi nilam. Selain melibatkan peserta FGD, dalam seremonial penanaman bibit nilam tersebut juga hadir Keuchik, Danramil, dan Kapolsek setempat. Seremonial penanaman bibit ini sebagai simbol kepedulian dan keseriusan berbagai pihak untuk kembali mengembalikan kejayaan nilam Aceh, yang dimulai dari Kabupaten Aceh Jaya.