Empat nelayan asal Aceh terdampar di Thailand setelah kapal yang mereka pakai untuk melaut mengalami kerusakan. Sebelum diselamatkan, pencari ikan ini sempat terkatung-katung selama delapan hari di laut lepas.
“Ketika boat rusak, mereka terkatung-katung di laut dan kemudian terbawa angin sehingga terdampar di wilayah Thailand,” kata Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftach Cut Adek kepada detikcom, Rabu (29/8/2018).
Keempat nelayan yang terdampar tersebut yaitu Arifin (Ari) asal Gampong Desa Maju Simeulu Timur; Muhammad asal Desa Pulo Bungong Batee, Pidie; Dedi Surianto, Gampong Rumah Panjang Susoh, Abdya dan Dendi R asal Dusun samudra Aceh Barat Daya. Mereka berangkat melaut dari Pelabuhan Lampulo Banda Aceh dengan menggunakan kapal KM. Nelayan 2016/347 untuk menangkap ikan tuna pada 14 Agustus lalu.
Dalam perjalanan ke titik sasaran, mesin kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba rusak. Setelah beberapa jam di laut, para nelayan ini bertemu dengan nelayan asal Hindia. Mereka membantu mengecas baterai kapal nelayan asal Aceh dan memberi sejumlah makanan.
“Sesudah mesin hidup nelayan kita berangkat kembali dan menuju pulang ke Dermaga Lampulo,” jelas Miftach.
Nah dalam perjalanan pulang itulah kapal nelayan Aceh kembali bermasalah setelah diterjang badai dan ombak besar pada 16 Agustus. As kipas (kumudo) kapal patah dan tidak diperbaiki sehingga tidak dapat berjalan. Akibatnya, kapal terkatung-katung selama delapan hari dan terbawa angin hingga terdampar di Perairan Phang Nga, Thailand.
Lembaga Panglima Laot Aceh baru mendapat informasi keberadaan mereka pada 24 Agustus lalu. Lembaga adat laut di Tanah Rencong ini selanjutnya berkoordinasi dengan pemerintah Thailand. Saat itu, meski sudah diselamatkan nelayan Thailand, tapi nelayan Aceh tidak diperbolehkan turun dari kapal.
“Saat ini kita sedang menjajaki untuk pemulangan dengan jadwal ketibaan di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara pada Kamis 30 Agustus besok,” ungkap Miftach. Detik