Viral ‘Salat’ Diiringi Musik Dugem, Wali Kota Banda Aceh Akan Ambil Tindakan Tegas

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengaku kaget dengan viralnya potongan video gerakan salat diiringi musik house dalam kegiatan Pekan Kreatif Banda Aceh 2018 di Taman Sari, Minggu (6/5) malam lalu. Aminullah akan mengambil tindakan tegas.

Potongan video viral gerakan salat diiringi musik dugem itu direkam di acara Pekan Kreatif Banda Aceh 2018, dalam rangkaian HUT ke-813 Kota Banda Aceh. Acara itu sebenarnya sudah ditutup oleh Aminullah pada Sabtu (5/5). Acara penutupan dihadiri ribuan undangan, di antaranya Kapolresta, Ketua PN, Kepala Kejaksaan Negeri, Kepala BPK, Kepala Mahkamah Syariah, Perbankan, DPRK, Perhotelan, dan undangan VIP lainnya.

Pada Minggu (6/5) sore, Aminullah terbang ke Jakarta untuk menghadiri rapat dengan Kementerian PUPR. Namun ternyata di hari Minggu (6/5) masih diadakan kegiatan seni tanpa sepengetahuan wali kota.

“Rangkaian HUT Banda Aceh sudah resmi saya tutup Sabtu (5/5) malam lalu, tentunya saya akan memberikan sanksi tegas kepada Dinas Pariwisata jika terbukti lalai dalam menangani event tersebut yang berujung viralnya video pantomim oleh siswa Tuna Rungu SMP Luar Biasa Bukesra Aceh,” kata Aminullah kepada detikcom, Selasa (8/5/2018).

Aminullah menjelaskan kegiatan pertunjukkan seni pada Minggu (6/5) malam tidak pernah dilaporkan kepada dirinya secara resmi.

“Saya mengira setelah resmi saya tutup Sabtu malam lalu, tidak ada lagi pertunjukkan seni di atas panggung dalam bentuk apapun. Namun rupanya ada schedule tambahan inisiatif Dinas Pariwisata yang tidak dilaporkan kepada saya, karena itu saat kembali ke Banda Aceh saya akan mengambil tindakan tegas jika ada unsur kelalaian,” tuturnya.

Hasil penelusuran, ternyata rencana tampilnya aksi pantomim siswa SMP Luar Biasa Bukesra Banda Aceh yang memeragakan gerakan salat di atas panggung adalah permintaan dari pihak SMP kepada panitia dan di luar agenda awal. Oleh karena keterbatasan waktu, Dinas Pariwisata tidak sempat melakukan geladi untuk penampilan SMP Luar Biasa itu dan langsung memberikan waktu untuk tampil pada Minggu malam.

Kadis Pariwisata Banda Aceh Rizha Idris mengatakan pihaknya tidak lagi melakukan geladi resik karena keterbatasan waktu. Rizha beranggapan karena ada guru pendamping siswa dari SMP Luar Biasa, maka seni pantomim pasti sesuai dengan aturan syariat yang berlaku di Aceh.

“Kami tidak menyangka ada gerakan salat dalam pantomim yang ditampilkan siswa Tuna Rungu tersebut, kami memberikan ruang berekspresi untuk difabel namun ternyata pemilihan lagu tidak sesuai dengan tema pantomim yang menceritakan aktivitas kehidupannya sehari-hari mulai bangun tidur, mandi, wudu, salat, sekolah dan seterusnya,” ujar Rizha.

“Andaikan yang dipakai lagu Islami tentu akan lebih tepat, karena musik pengiring penampilan difabel sudah disiapkan sendiri oleh pihak SMP Luar Biasa dan operator sound system tinggal memutarnya saja,” kata Rizha.

Sementara itu, Kepala SMP Luar Biasa Bukesra Banda Aceh Maya Sari mengatakan ada kelalaian dari pihak sekolah dalam pemilihan musik pengiring.

“Siswa SLB kami sudah sering tampil dalam kegiatan seni pantomim di luar Aceh, selama ini tidak ada masalah meskipun pakai jenis musik yang sama. Karena di Aceh mungkin jadi sensitif ada oknum yang memotong video ini, sehingga terkesan melecehkan gerakan salat, padahal jika ditonton dari awal hingga akhir musik yang ditampilkan adalah musik yang sama, namun kami akui ini semua kekhilafan kami, seharusnya tidak memakai house musik dan tidak ada niat sedikitpun melecehkan gerakan salat,” tutur Maya.

“Karena yang ditampilkan anak tuna runggu ini adalah kehidupan dia sehari-hari, tolong jangan bully dia, dia sendiri tidak bisa mendengar musik pengiring karena cacat pendengaran,” imbuhnya.

Akibat viral di medsos, Maya Sari mengaku kondisi siswanya sangat tertekan dan trauma.

“Kasihan anak ini, dia trauma membaca ribuan komentar yang sangat kasar bahkan hingga mengancam jiwa dari pengguna medsos, padahal yang berkomentar belum mengetahui bahwa yang tampil adalah siswa tuna rungu yang tidak bisa mendengar musik yang dimainkan saat dirinya tampil,” katanya.

Untuk itu Maya Sari berharap kelalaian ini dimaafkan semua pihak, termasuk permintaan maaf kepada pihak Pemko Banda Aceh dan Dinas Pariwisata yang sudah memberikan ruang berekspresi bagi siswa mereka. “Kedepan, kami tidak akan pakai house musik lagi saat penampilan seni oleh siswa-siswi kami,” pungkasnya.

Detik

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads