Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Aceh Firmandez menilai perlu ditinjau kembali penggunaan dana Otonomi Khusus(Otsus) di provinsi Aceh selama ini.
Peninjaun itu menurutnya agar penggunaan dana otsus lebih terkonsentrasi dan fokus pada sektor-sektor yang memberikan nilai tambah dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Hal demikian disampaikan Anggota DPR RI asal Aceh itu pada kegiatan Outlook Aceh 2017 Pendidikan, dunia usaha, pertumbuhan ekonomi da politik budaya Aceh di Banda Aceh, Rabu (28/12).
Firmndez berharap adanya keberpihakan pemerintah daerah kepada pengusaha-pengusaha yang ada di Aceh sehingga bisa terlibat dalam pembangunan Aceh. Ia berharap setelah punya modal, para pengusaha itu mampu masuk ke sektor-sektor unggulan lainnya.
“Ini mesti ada turun tangan pemerintah dulu, karena kita kan baru musibah, konflik dan hancurnya pasca tsunami maka perlu sentuhan pemerintah. Jadi tugas pemerintah dareah adalah membina pengusaha agar mampu bersaing,”ujarnya.
Sementara itu Pengamat ekonomi Unsyiah, Rustam Effendi mengatakan, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Aceh harus dengan melibatkan pihak swasta., tanpa harus bergantung pada pengusaha-pengusaha asing.
Ia menilai harus ada insentif kepada pihak swasta, termasuk kepada badan usaha di seluruh Aceh.
“Kedepan swasta harus masuk, kalau tidak semuanya omong kosong, namun sayangnya pengusaha-pengusaha Aceh justru tidak tinggal di Aceh,”lanjutnya.
Menurut Rustam, sektor pertanian harus menjadi fokus utama pemerintah Aceh, pasalnya lebih dari 70 persen penduduk Aceh menggantungan hidupnya pada sektor tersebut.
Ia mengharapkan pemerintah Aceh untuk membangun komunikasi dengan pihak swasta dan perbankan. Tanpa melibatkan swasta, menurut Rustam, Aceh hanya akan mengandalkan APBD setiap tahunnya.
“Sudah saya hitung Aceh ini tidak cukup uang 6 sampai 7 T setiap tahun, jadi tanpa melibatkan swasta tidak bisa kita,”lanjutnya.