Kepala Museum Tsunami Aceh, Tomy Mulia Hasan, mengatakan museumnya mencatatkan rekor baru dalam jumlah pengunjung pada libur Lebaran 2016. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah pengunjung meningkat hingga 60 persen. Ia memprediksi pengunjung tetap rame hingga 10 Juli 2016.
Tomy menjelaskan jumlah pengunjung museum pada hari ketiga Lebaran atau Jumat, 8 Juli 2016, mencapai 18.659 orang. Pada periode sama tahun 2015, jumlah pengunjung tercatat 10.040 orang. “Belum pernah dalam sejarah, pengunjung Museum Tsunami bisa sebanyak ini, melonjak 60 persen dibanding hari serupa tahun lalu,” kata Tomy dalam keterangan resmi di Jakarta, 9 Juli 2016.
Pada tahun lalu, Tomy mengatakan total pengunjung museum yang resmi dibuka pada 8 Mei 2011 itu sebanyak 560.228 orang. Lima persen pengunjung tahun lalu berasal dari Malaysia.
Banyaknya jumlah pengunjung, menurut Tomy menunjukkan tingginya minat terhadap pengetahuan tentang Aceh dan tsunami. Namun lonjakan pengunjung itu tidak diimbangi dengan keberadaan lokasi parkir yang memadai. Walhasil, terjadilan kemacetan lalu-lintas karena banyak petugas parkir dan pedagang yang memanfaatkan situasi tersebut.
Museum Tsunami Aceh tidak hanya sebagai ‘tugu peringatan’, Tomy menambahkan museum ini juga menjadi simbol bagi ketabahan masyarakat setempat dan persaudaraan dan kemanusiaan masyarakat dunia kala gempa tsunami menerjang Aceh (dan sebagian Sumatera Utara) terjadi pada 26 Desember 2004.
Museum ini dibangun di atas lahan seluas 2.500 meter persegi. Strukturnya empat lantai, atapnya serupa gelombang laut, dan lantai dasarnya mirip rumoh (rumah panggung tradisional) Aceh. Di dalamnya terdapat berbagai koleksi memorabilia tsunami Aceh 2004.
Museum Tsunami Aceh ini juga menjadi media untuk berbagai pengalaman dan pengetahuan kebencanaan, menggugah respon kritis, serta membangun budaya kesiapsiagaan terhadap bencana.
Museum ini diresmikan pada 23 Februari 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu. Setelah diresmikan, secara bertahan terus dilakukan renovasi sejak 2010 hingga April 2011 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Museum baru dibuka untuk publik pada 8 Mei 2011.(Tempo)