Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal mempresentasikan Program Pengembangan Kota Banda Aceh dalam rapat terbatas di Kantor Kemitraan Habitat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Illiza memaparkan sejumlah program pengembangan Kota Banda Aceh berbasis green city dan mengharapkan dukungan dari Lembaga Swadaya yang concern pada sektor penataan pemukiman kota dan infrastruktur yang layak huni tersebut.
Mengawali presentasinya bertajuk “Banda Aceh Livable City Planning”, Illiza mengungkapkan tiga strategi utama dalam mewujudkan livabel city, yakni smart people, risk reduction dan green cit, “Smart people bagaimana kita menciptakan masyarakat yang terdidik, IT based, berpikiran terbuka, kreatif dan fleksibel serta partisipasif dengan mengedepankan nilai-nilai lokal,” katanya.
Mengingat Banda Aceh sebagai kota yang rawan bencana, maka diperlukan pula strategi pengurangan risiko bencana (risk reduction), “Secara fisik kita perlu peta mitigasi, rute evakuasi, hingga peralatan komunikasi yang memadai. Sementara non fisik diperlukan kebijaksanaan lokal, SOP evakuasi, latihan dan simulasi serta pengetahuan sejarah bencana,” sebut Illiza.
Sementara strategi kota hijau mencakup rencana dan desain pembangunan yang ramah lingkungan, termasuk di dalamnya ruang terbuka hijau dan ketersediaan air bersih/sanitasi yang baik. “Yang tak kalah penting adalah tranportasi, energi dan komunitas ‘hijau’,” tambahnya.
Adapun sejumlah program pengembangan Kota Banda Aceh yang dipaparkan Illiza antara lain, Taman dan Hutan Kota di kawasan Rusunawa seluas dua hektar, Ruang Terbuka Hijau seluas dua hektar di Gampong Ceurih, Penataan Jalur Hijau Pedestrian di Jalan Muhammad Hasan dan Jalan Ali Hasyimi, Penataan Kawasan Kekumuhan Sedang di Gampong Seutui, Gampong Jawa dan Sukaramai serta Rencana Penanganan Air Bersih di Kota Banda Aceh.