PT Pertamina tingkatkan monitoring distribusi elpiji bersubsidi isi tiga kilogram di wilayah regional I sebagai salah satu upaya meminimalisir migrasi pengguna tabung 12 kilogram ke isi tiga kilogram.
“Salah satu cara untuk meminimalisir pengalihan dari non subsidi ke bersubsidi yakni dengan memonitoring seluruh distribusi gas elpiji isi tiga kilogram yang disalurkan ke agen dan pangkalan,” kata Custumer Relation PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I Brasto Galih Nugroho dihubungi dari Banda Aceh, Senin.
Ia menjelaskan monitoring yang dilakukan untuk setiap pangkalan dengan menyediakan buku konsumen dan dari buku itu dapat dihitung jumlah konsumen yang mengambil di setiap pangkalan.
“Monitoring dari tingkat agen dan pangkalan merupaakn langkah yang dilakukan PT Pertamina dalam distribusi gas elpiji bersubsidi di Aceh khususnya dan wilayah lain umumnya,” katanya.
Brasto mengatakan monitoring yang dilakukan terhadap distribusi gas elpiji isi tiga kilogram pasca pengumuman penurunan harga elpiji isi 12 kilogram oleh pemerintah pada Jumat (16/1) dapat meminimalisir perpindahan penggunaan elpiji non subsidi ke bersubsidi.
“Monitoring antisipasi tidak berpindahnya pengguna gas elpiji isi 12 kilogram ke 3 kilogram akan lebih efektif, jika pemerintah melakukan distribusi secara tertutup,” katanya.
Pihaknya meyakini distribusi gas elpiji bersubsidi isi 3 kilogram secara tertutup yang dilakukan Pemerintah Pusat dan daerah maka distribusinya akan tepat sasaran.
Brasto menyebutkan stok elpiji di provinsi ujung paling barat Indonesia itu setiap harinya sebanyak 79 metrikton per hari atau setara dengan 60 ribu tabung per hari.(antaraaceh)