Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Anak Aceh mencatat laporan pengaduan sejumlah orangtua dari tahun 2004 sampai 2012 ada 37 anak yang dilaporkan keberadaannya tidak diketahui lagi.
βAnak-anak ini terpisah dari orang tuanya karena efek dari musibah tsunami pada tahun 2004,β ujar Manager program LBH Anak Aceh Rudy Bastian menanggapi ditemukannya Fanisa Rizkia (15) asal Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe yang menjadi pembantu rumah tangga di Malaysia.
Rudy mengatakan dari sejumlah pengaduan orangtua, LBH Anak Aceh mencatat ada 37 anak yang diyakini masih selamat dari terjangan musibah tsunami.
βKeyakinan ini didapat karena pasca tsunami banyak informasi menyatakan bahwa anak mereka pernah dilihat oleh kerabat dan masyarakat yang mengenal anak mereka tersebut dan percaya anak-anak itu selamat dan masih hidup,β lanjutnya.
Rudy menyebutkan kisah Fanisa merupakan salah satu modus perdagangan manusia (trafficking).
βKami khawatir anak-anak Aceh lainnya juga sedang bernasib sama seperti Fanisa. Trafficking yang melibatkan lintas negara memang sudah tidak asing terjadi di Aceh. Selain karena faktor geologis Provinsi Aceh yang berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta negara-negara asia tenggara lainnya. sehingga tidak asing banyak pelaku trafficking dengan gampang membawa anak dan wanita Aceh untu keluar dari Aceh menuju kenegara tujuan lain,β ujarnya menambahkan.
Menurutnya sudah menjadi rahasia umum, banyak anak-anak Aceh pasca tsunami dibawa secara massal ke luar dari daerah Aceh, baik oleh relawan ataupun oleh sanak famili yang mengenal anak-anak tersebut.
βDan tidak sedikit ada oknum jahil yang dengan berani mengakui kerabat dan keluarga anak-anak korban tsunami tersebut dengan tujuan ingin merawat malah yang terjadi justru ingin mencari keuntungan dengan mengasuh anak tersebut. kami percaya pada instansi pemerintah juga mempunyai data serupa pasca kejadian tsunami lalu,β katanya.
Ia berharap agar Pemerintah tidak boleh mengabaikan masalah anak Aceh ini, . Pemerintah harus sigap membuka kembali data-data pengaduan tsunami yang lalu guna mencari dan mengadvokasi kembali keberadaan anak-anak Aceh,
βKisah Fanisa harus mengingatkan kita bahwa banyak fanisa-fanisa lainnya yang saat ini mengalami nasib serupa dan sangat menyedihkan kita tidak tahu keberadaannya,β pungkasnya.