Jangan Pesimis Jalankan Syariat Islam

Berbagai komponen masyarakat di Aceh diharapkan jangan sampai pesimis dalam menjalankan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) yang kini berlaku di provinsi itu, asalkan semuanya bersungguh-sungguh melaksanakannya.

“Sikap optimis dan konsisten dalam menjalankan syariat Islam ini harus benar-benar dimiliki oleh setiap komponen masyarakat dan pemerintah di Aceh,” ujar Direktur Pascasarjana UNiversitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Dr H Rusjdi Ali Muhammad SH, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (29/10) malam.

Menurut Prof Rusjdi yang juga mantan Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh ini, sikap pesimis apalagi sampai merasa sinis dengan syariat ini, justru akan membuat kita semakin jauh dari aturan syariat Islam tanpa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

“Jangan pesimis dengan syariat ini. Seolah-olah semuanya sudah hancur dan tidak ada lagi orang-orang baik yang hidup di akhir zaman seperti ini. Padahal di setiap zaman itu sejak dulu sampai sekarang ada orang baik yang selalu berada dan konsisten di jalan syariat dan mendapat pertolongan Allah karena sikap optimisnya,” jelas mantan Rektor IAIN Ar-Raniry Banda Aceh ini.

Namun, Tuhan juga tak cukup dengan berharap-harap saja tanpa berusaha dan berdua. “Kerja dan berdoa terus untuk mencapai tujuan,” sebutnya.
Pada pengajian tersebut, Prof Rusjdi Ali Muhammad lebih banyak mengupas isi Al-Qur’an surat Ghafir ayat 36-37, surat Al-A’raf ayat 176 dan beberapa surat lainnya yang mengingatkan kehancuran umat terdahulu masa Fir’aun dan kaum Bani Israil.

Dijelaskannya, ada lima penyebab kehancuran suatu negeri menurut Al-Qur’an karena ada lima golongan yang ingkar dan tidak patuh pada perintah Allah.

Pertama, penguasa yang angkuh seperti halnya yang pernah terjadi pada Fir’aun masa Bani Israil dulu. Selain bersikap sombong dan zalim kepada rakyatnya, Fir’aun juga mengaku dirinya sebagai Tuhan.

Kedua, intelektual atau golongan cendikiawan yang selalu menjilat penguasa agar diberi jabatan. “Kaum intelektual yang berada di samping penguasa itu harus selalu bersikap kritis dan selalu mengingatkan penguasa untuk berada di jalan yang benar, jangan menjadi penjilat penguasa yang salah jalan agar diberi jabatan,” sebutnya.

Hal ketiga yang membawa kehancuran adalah ulama yang jahat (su’) dan tidak bersikap tegas dan kritis untuk mengingatkan penguasa yang salah, “Ulama jangan seperti Syekh Bal’am di masa Fir’aun. Jangan sampai diam terhadap penguasa yang salah karena sudah dikasih sesuatu oleh penguasa
Ulama juga jangan tergantung pemerintah, tapi harus independen. Karena kalau ada ulama su’, bagaimana suatu negeri mau maju,” ungkap Prof Rusjdi.

Keempat, pengusaha (orang kaya) yang kikir dan jahat seperti Qarun karena ingkar kepada perintah Allah. “Qarun itu dulu waktu miskin taat kepada Allah, namun setelah kaya justru ingkar kepada Allah,” jelasnya

Golongan kelima yang membawa kehancuran adalah rakyat yang malas, penakut, dan tidak kreatif. “Rakyat itu harus mau bekerja keras untuk hal-hal yang baik, mendukung penguasa pada hal-hal yang benar. Seperti disuruh bekerja dan belajar, jangan malas,” terangnya.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads