Sore hari itu atau ketika mentari mulai condong ke barat, sejumlah pria berpakaian kusam dengan sebilah arit memotong rumput-rumput hijau yang tumbuh subur di bantaran Krueng (sungai) Aceh, kawasan Lambaro Kabupaten Aceh Besar.
Rumput-rumput hijau, baik dibudidaya sendiri maupun tumbuh liar di bantaran sungai itu kemudian diangkut ke dalam gubuk yang ternyata di dalamnya ada dua ekor sapi jantan telah menantinya.
“Sapi jenis simental ini usianya sudah tiga tahun, dan beratnya diperkirakan telah mencapai 600 kilogram,” kata Hanafiah, seorang peternak di bantaran Krueng Aceh.
Bantaran Krueng Aceh merupakan salah satu kawasan potensial pengembangan ternak sapi jantan di Kabupaten Aceh Besar, meski sebagian besar warga mengusahakan ternaknya secara tradisional.
Dinas Peternakan Aceh Besar menyebutkan lebih 1.000 unit kandang ternak milik masyarakat di sepanjang bantaran Krueng Aceh yang diperkirakan panjangnya mencapai 53 kilometer, terbentang dari Kecamatan Ingin Jaya sampai Baitussalam.
Kepala Dinas Peternakan Aceh Besar Ahmad Tarmizi menjelaskan bantaran Krueng Aceh merupakan salah satu kawasan potensial pengembangan ternak sapi yang diusahakan masyarakat secara pribadi.
Pemerintah, katanya, memberikan dukungan positif bagi masyarakat dari sejumlah kecamatan yang memiliki usaha ternak sapi, khususnya di sepanjang bantaran Krueng Aceh tersebut.
“Dukungan pemerintah misalnya ikut memberikan penyuluhan, termasuk petugas kesehatan yang rutin memeriksa kesehatan bagi sapi-sapi masyarakat,” katanya menjelaskan.
Selain bantaran Krueng Aceh, Tarmizi menjelaskan usaha peternakan sapi di wilayahnya juga dikembangkan masyarakat dan kelompok di delapan kecamatan di kabupaten yang berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa tersebut.
“Kita berupaya mewujudkan Aceh Besar sebagai salah satu daerah ‘lumbung’ daging sapi di Aceh melalui peningkatan populasi mulai tahun 2013 dan hingga 2017 ditargetkan bias mencapai 260 ribu ekor,” katanya menyebutkan.
Dia menjelaskan, saat ini terjadi peningkatan populasi ternak besar secara signifikan, yakni sebanyak 69.000 ekor pada Mei 2013 dan meningkat menjadi 79.000 ekor pada Desember 2013.
Untuk populasi ternak besar pada semester II 2014 di kabupaten yang berbatasan langsung dengan ibu kota Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh itu mencapai sebanyak 108.500 ekor.
Aceh Besar juga telah dipercaya sebagai lokasi “expo” sapi 2014. Melalui expo itu diharapkan akan meningkatkan motivasi peternak untuk menyediakan bibit penganti (replacement stock) bagi induk-induk yang sudah tidak produktif secara swadaya untuk peningkatan daya saing produksi.
Selain juga memberikan penghargaan kepada peternak untuk menghasilkan bibit yang unggul, mempunyai silsilah, dan dipelihara dengan sistem manajemen yang baik.
Dengan adanya expo itu maka akan terjadi pertemuan antara peternak, petugas, dan stakeholder peternakan di Provinsi Aceh, serta memperoleh bibit sapi potong yang berkualitas.
Berdasarkan penilaian menyebutkan Aceh Besar sebagai salah satu daerah potensial pengembangan ternak sapi, maka pemerintah setempat mengundang para pengusaha untuk berinvestasi sektor peternakan.
“Saat ini kami merintis kerja sama dengan perusahaan Australia bidang peternakan sapi. Kami juga berharap investor lain tertarik bidang peternakan di daerah ini,” kata Bupati Aceh Besar Mukhlis Basyah.
Pemkab Aceh Besar, kata dia, memiliki visi dan misi di sektor peternakan, yaitu ingin mewujudkan peternakan masyarakat yang maju, tangguh, mandiri, dan efisien.
Prioritas peternakan
Kondisi itu, sangat didukung dengan potensi daerah dilihat dari sisi kearifan lokal dan infrastruktur yang tersedia di kabupaten yang berbatasan langsung dengan ibu kota Provinsi Aceh, Banda Aceh.
Untuk meraih keberhasilan itu, Pemkab Aceh Besar mencanangkan beberapa program prioritas, seperti fokus pada peningkatan populasi ternak sapi, kerbau, dan kambing dengan harapan dapat meningkatkan produksi daging untuk kebutuhan masyarakat.
Bupati Mukhlis juga menjelaskan sapi Aceh sekarang sudah resmi menjadi sapi nasional dengan bukti, yakni telah dikirimnya pejantan sapi lokal Aceh ke tempat pengembangan sapi nasional di Lembang, Jawa Barat, guna dijadikan semen beku bibit sapi Aceh.
Sementara itu, bak gayung bersambut, Pemerintah Aceh juga memberikan dukungan penuh upaya Pemkab Aceh Besar untuk mewujudkan daerah tersebut sebagai sentra produksi daging sapi.
Dukungan Pemerintah Aceh itu diutarakan langsung Gubernur Zaini Abdullah seusai mendengarkan paparan tentang program pengembangan ternak sapi yang disampaikan Pemkab Aceh Besar.
Bahkan, Gubernur Zaini Abdullah menyaksikan langsung lokasi pakan ternak yang terbentang luas di salah satu kawasan pengunungan di Aceh Besar.
Selain itu, Gubernur Aceh Zaini Abdullah menginginkan agar masyarakat ikut memanfaatkan lahan tidur yang cukup luas khususnya di Kabupaten Aceh Besar agar digunakan untuk pengembangan sektor peternakan sehingga bisa menjadi nilai tambah bagi rakyat.
“Saya lihat, peternakan di Australia cukup bagus dan berharap Aceh Besar bisa seperti itu. Mungkin juga Aceh Besar bisa seperti itu dengan memanfaatkan lahan tidur yang masih luas di daerah ini,” katanya menjelaskan.
Lahan tidur atau terlantar yang cukup luas di Aceh Besar itu bisa dimanfaatkan untuk tanaman pakan/rumput serta areal pengembalaan bagi peternak di daerah ini, kata Zaini Abdullah.
Sebagai salah satu bentuk komitmennya, Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengajak kalangan swasta Australia untuk bekerja sama dengan Pemerintah Aceh berinvestasi khususnya bidang peternakan.
“Aceh memiliki potensi besar bidang peternakan dan saya berharap potensi itu bisa menjadi daya tarik bagi swasta Australia berinvestasi di daerah kami,” kata Gubernur Aceh Zaini Abdullah.
Zaini Abdullah menjelaskan Pemerintah Aceh sudah menyiapkan rancangan kawasan penggemukan sapi di beberapa daerah untuk kemudian dijadikan sebagai kawasan peternakan sapi terpadu, seperti di Aceh Besar.
“Kami sangat berkeinginan untuk mengmbangkan potensi sapi Aceh menjadi kebutuhan pasar global seperti ke Timur Tengah dan beberapa negara atau daerah lainnya,” kata dia menambahkan.
Ia menjelaskan, dengan adanya kerja sama investor Australia dan Pemerintah Aceh itu maka diharapkan adanya branding “Aceh Halal Meat” sehingga akan menjadi pilihan utama dalam pasar daging merah dunia.
“Untuk para investor, kami sudah menyiapkan beberapa rancangan guna memudahkan proses penanaman modal di Aceh,” kata gubernur menambahkan.
Sementara itu Duta Besar Australia di Jakarta Greg Moriarty mengatakan Aceh mempunyai banyak potensi yang lebih baik dari daerah lain di Indonesia dalam hal peternakan sapi.
Aceh, khususnya wilayah Aceh Besar, kata Dubes memiliki prospek yang sangat baik untuk menjadi kawasan industri sapi kelas dunia karena beberapa faktor yang mendukung seperti iklim, luas tanah, prasarana dan stok bahan makanan sapi alami.
“Dari ketersediaan stok makanan dan pelatihan perawatan sapi yang professional, target untuk penggemukan sebanyak 1,5 kg/hari bagi setiap ekor sapi bukanlah suatu hal yang mustahil di Aceh,” kata Greg Moriarty menjelaskan.
Pemerintah Australia selalu berkomitmen untuk Aceh dalam pembangunan ekonomi dan masyarkat. Ia berjanji akan memberi pemahaman yang lebih baik di hadapan para investor Australia tentang situasi dan iklim investasi yang sangat mendukung di Aceh.
Pembahasan kerja sama ternak sapi dengan Duta Besar Australia itu sebagai tindak lanjut dari kunjungan Gubernur ke Australia pada November 2013.
Rencana investasi swasta Australia bidang peternakan di Aceh Besar itu diharapkan menjadi motivasi masyarakat, terutama para peternak untuk meningkatkan usahanya sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan di masa mendatang.(Azhari/antara)