Penguatan Pengetahuan Asli dan Lokal yang berkaitan dengan adaptasi terhadap Bencana dan Perubahan Iklim merupakan kekayaan dan khazanah yang harus dapat digali dan dikembangkan karena tumbuh dari masyarkat itu sendiri.
Hal demikian yang dikatakan Syamsidik wakil ketua TDMRC Unsyiah dalam presentasinya pada Workshop Penguatan Pengetahuan Asli dan Lokal ke dalam Strategi Nusa Tenggara Barat dalam Kebencanaan dan Adaptasi Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada, Rabu (4/6) di Hotel Lombok Gardenia, Mataram.
Syamsidik menjelaskan dalam kehidupan masyarkat Aceh dikenal pula sistem penanggalan yang berlaku secara lokal dikenal dengan sebutan Keuneunong sebagai sistem penanggalan yang dapat memprediksi kapan waktu bertanam dan melaut.
“Saya pikir ada banyak sistem penanggalan yang agak mirip di berbagai daerah di Indonesia degan penyebutan yang berbeda, namun mungkin akan mengalami tantangan dan kendala dalam perkembangannya,” jelas Syamsidik.
Lebih lanjut Syamsidik menjelaskan jika upaya menggali dan mengidentifikasi Pengetahuan Asli dan Lokal ini yang terkait dengan adaptasi bencana dan perubahan iklim terbukti berbiaya murah, “Sebut saja Smong yang berlaku di masyarakat Simeulue Aceh yang terbukti pula menyelamatkan warga di sana dalam menghadapi tsunami 2004 yang lalu,” lanjut Syamsidik.
Workshop yang diikuti oleh 50 peserta yang berasal dari berbagai instansi dan satuan kerja yang terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi dan Kabupaten se-NTB, BPBD, akademisi, LSM yang bergerak di bidang kebencanaan dan lingkungan serta praktisi masyarakat yang bergerak dalam isu pesisir ini menyambut antusias untuk dilakukannya penguatan kebijakan Pemerintah daerah dalam menghadapi ancaman bencana dan perubahan iklim.
Sementara itu Hendra Yusran Siry, dari Direktorat Jendral Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjelaskan jika sudah ada upaya untuk menguatkan kearifan lokal yang berkaitan dengan upaya mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim melalui sejumlah kebijakan, peraturan dan program mereka.
Pada kesempatan yang sama Alfi Rahman, dari TDMRC menilai jika tantangan dalam pengembangan Pengetahuan Asli dan Lokal ini harus diidentifikasi untuk kemudian pengetahuan mana milik masyarkat ini yang dapat divalidasi dan berhubungan dengan aspek mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim untuk selanjutnya dikembalikan kepada masyarkat itu sendiri.