Kota Banda Aceh memiliki potensi untuk mengembangkan ikan air payau dan ikan air tawar.
Hal demikian diakui oleh kepala dinas Dinas Pertanian,Peternakan,Perikanan dan Kelautan Kota Banda Aceh Bakhtiar.
Bakhtiar mengatakan kota Banda Aceh memilki lahan tambak seluas 573 hektar, namun pasca tsunami banyak lahan tambak masyarakat yang rusak, dan saat ini sedang di data untuk direnovasi kembali oleh pemerintah pusat, menurutnya sambil menunggu tambak-tambak tersebut direnovasi, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk pengembangan ikan air payau, seperti bandeng dan udang.
“ya ini kita fokus nya ikan air payau dulu sambil menunggu rehab tambak, karena masyarakat pun sudh kurang open terhadap tambak ini, karena sulit juga cari tenaga kerja untuk tambak”lanjutnya.
Bahtiar mengakui untuk mengembangkan ikan air payau pihaknya mendapatkan bantuan dari pemerintah provinsi Aceh, berupa bibit dan pakan. Pihaknya sedang mendata kelompok-kelompok masyarakat yang akan menerima bantuan tersebut.
Menurut Bakhtiar, pengembangan ikan air payau dapat dilakukan oleh masyarakat pesisir, seperti di kecamatan Meuraksa, Kuta Raja, Syiah Kuala dan Kuta Alam.
Selain itu menurut Bakhtiar masyarakat non pesisir seperti warga kecamatan Baiturrahman, Ulee Kareng dan Lung bata bisa ikut mengembangkan ikan air tawar, seperti ikan nila, gurami, lele dan bawal.
Bakhtiar juga mengajak masyarakat kota Banda Aceh untuk memanfaatkan lahan sehingga bernilai ekonomis, menurutnya dari sembilan kecamatan di Kota Banda Aceh, Kecamatan Meuraxa dan Kecamatan Jaya Baru, merupakan wilayah yang banyak memiliki lahan telantar.