Perjuangan yang diperankan perguruan tinggi mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa tidaklah bersifat fisik, tapi lebih pada perjuangan kepakaran dan keintelaktualan atau capacity building yang sebenarnya jauh lebih penting dari perjuangan fisik itu sendiri.
Pembantu Rektor III Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Rusli Yusuf menyatakan pada era globalisasi sekarang ini, sebuah Perguruan Tinggi perlu mengevaluasi dan memperbaharui visi dan misi terutama berkaitan dengan peranan intelaktual dan social masyarakat akademik, Karena Perguruan tinggi bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan dan kemajuan berpikir masyarakat.
“Dari perguruan tinggi inilah diaharapkan bisa lahir pemikiran yang bernas, kitis, dan tajam, yang tidak hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan malainkan juga untuk kepentingan pembangunan negara-bangsa (nation state), ”jelasnya.
Di sisi lain akibat pergulatan pemikiran para intelektual muda yang berbeda cara pandang metodologi antara Timur Tengah dan Barat, dalam wacana pekembangan pemikiran konteks ke-Indonesia telah melahirkan cendikiawan baru dalam berbagai kajian sosial-budaya dan politik yang sangat menguntungkan umat Islam.
“Hal inilah yang kemudian makin meberikan peluang bagi bertemunya berbagai lapisan elit cedikiawan baik dari unsur birokrat, teknokrat, intelektual dan ulama yang memicu lahirnya Ikatan Cendikiawan Muslim Inondesia (ICMI) pada bulan Desember 1990,”terangnya.
Sementara itu Wakil Gubernur (Wagub) Aceh Muhammad Nazar meminta Perguruan Tinggi memafaatkan dana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menyediakan sarana prasaran penunjang lainnya.
“Dana pendidikan di Aceh jumlahnya cukup besar, namun kualitas pendidikan masih mengecewakan. Karena itu, katanya, perlu kerja keras semua komponen, stakeholder pendidikan, orang tua murid, guru, dan tokoh masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, Muhammad Nazar juga meminta semua komponen masyarakat, agar tidak lagi menyalahkan minimnya anggaran yang disediakan pemerintah dan kecilnya tunjangan kepada guru, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan. Pasalnya, anggaran pendidikan di Aceh sudah cukup besar dibanding daerah lain. Untuk sarana dan prasarana pendidikan di Aceh, Wagub juga menilai sudah cukup bagus. (im)