Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Front Mahasiswa Menggugat (FMM) melakukan unjuk rasa di depan Polda Aceh Rabu pagi, mereka mendesak pihak kepolisian melakukan investigasi dan menangkap pelaku pengeroyokan terhadap aktifis kemanusiaan kota Subulussalam pada 23 September lalu.
Aksi tersebut dilakukan di Polda Aceh karena mahasiswa menganggap pihak Polsek Simpang Kiri maupun Polresta Singkil dinilai lamban menangani kasus tersebut, padahal pelaku pemukulan sudah diidentifikasi.
Koordinator aksi, Safrizal dalam orasinya mengatakan lambannya penuntasan kasus pemukulan pekerja kemanusiaan itu dikarenkan pelaku di lindungi oleh pihak pemerintah kota Subulussalam, mengingat pemukulan terhadap Zulyadin terjadi setelah yang bersangkutan melakukan kritik terhadap walikota Subulussalam.
“Lemahnya dan tidak tegaknya supremasi hukum kita, kami menilai kejadian Subulussalam terbukti otoritas kekuasaan selalu bisa mengintervensi hukum, padahal negara kita adalah negara hukum” katanya.
Safrizal menambahkan elemen sipil Aceh mengutuk keras penganiayaan terhadap pekerja kemanusiaan, apalagi hal itu diduga dilakukan oleh pemerintah kota Subulussalam, seharusnya Pemko harus terbuka terhadap kritikan dari masyarakat.
Seorang aktifis kemanusiaan Komunitas Muda Subulusslam (KMAS) kota Subulussalam, Zulyadin, dikeroyok oleh sekelompok orang tanggal 23 September 2010, pengeroyokan itu terjadi terjadi beberapa saat setelah Zulyadin menyampaikan kritikan terhadap walikota Subulussalam terkait permasalahan judi togel yang semakin marak di Subulussalam. (im)