Perjuangan Siswa Pedalaman Aceh Timur, Naik Perahu 4 Jam untuk Ikut Simulasi UAMBN BK

Letak geografis yang jauh dari pusat ibukota dan sulitnya medan yang dilalui untuk sampai kesana tak membuat 13 siswa siswi Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Merdeka Tampor Paloh Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur putus asa demi menggapai cita-cita.

Mereka tetap punya semangat dan tekad kuat untuk menikmati dunia pendidikan seperti halnya yang dirasakan sahabat seumur mereka di ibukota. Demi mengikuti simulasi Ujian Akhir Madrasah Nasional Berbasis Komputer (UAMBN-BK) mereka bergabung dengan MAS Al Widyan Alue Lhok Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur pada tanggal 18 s.d 20 Februari 2019, mereka sudah berangkat dari kampung mereka dua hari sebelumnya, yaitu tanggal 16 Februari 2019.

Untuk sampai ke lokasi mereka harus turun lebih awal sehari dari kegiatan dengan menggunakan perahu kecil melewati sungai sekitar 4 jam, kemudian melanjutkan perjalanan ke Langsa tempat menginap yaitu di rumah ketua Yayasan lebih kurang membutuhkan waktu sekitar 45 menit, dan esoknya mereka berangkat ke lokasi tempat simulasi UAMBN BK sekitar 1 jam perjalanan.

Kasi Madrasah Kankemenag Aceh Timur, Mulkan Damanik, mengatakan, siswa siswi MAS merdeka memiliki semangat tinggi untuk bisa mengikuti ujian Nasional berbasis Komputer, bagi mereka anak anak negeri di pedalaman Aceh itu semangat dan tekad kuat menjadi modal untuk tetap bisa mengikuti UNBK.

Ia menjelaskan, jika saat pergi (turun) dari kampung Tampor Paloh ke Kota Kuala Simpang sekitar 4 jam, namun berbeda kondisi mereka saat kembali, perjalanan akan lebih sulit,karena melawan arus dan membutuhkan waktu antara 6 s.d 8 jam.

“Tapi, demi sebuah cita-cita mulia, anak anak MAS Merdeka itu tetap semangat dan pantang menyerah, walau harus menabung untuk ongkos dan biaya makan mereka selama kegiatan, mereka tetap menjalaninya,” ujarnya.

Ia menyebutkan, mereka melakukan demikian bukanlah sebuah pilihan, akan tetapi keterpaksaan, kerena di tempat mereka belum ada jaringan Internet, juga laboratorium komputer dan server, sehingga madrasah itu belum bisa melakukan Ujian berbasis komputer secara mandiri.

“Mereka melakukan seperti ini tidak hanya sekali ini saja, akan tetapi masih tersisa 3 kali lagi, yaitu Gladi bersih simulasi UNBK, Pelaksanaan UNBK dan UAMBN BK, sehingga akan membuat mereka lelah ekonomi dan juga jasmani,” tambahnya.

Mereka berharap suatu saat nanti di kampung mereka ada jaringan internet, Lab Komputer dan Server agar kelak mereka bisa melaksanakan ujian berbasis komputer secara mandiri, tanpa harus lagi mengarungi sungai berjam jam dan numpang di sekolah lain.

Usai mengikuti Simulasi tersebut, terlihat kebahagiaan di wajah mereka walau penuh perjuangan. “Alhamdulillah anak anak tetap semangat,” ujar Mulkan.

Ia juga mengatakan MAS merdeka saat ini memiliki 3 balai (Swadaya masyarakat dan Ikapda Aceh) dan 1 ruang kelas (Bantuan Kakanwil Kemenag Aceh), perpustakaan (pertamina), serta 2 MCK. Fasilitas itu digunakan 40 Siswa siswi MAS Merdeka untuk belajar selama ini.

Berita Terkait

Berita Terkini

Google ads